REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan agar perubahan di era Revolusi Industri 4.0 harus berlangsung dengan tetap menjaga tradisi baik yang sudah ada sejak lama di Indonesia.
Prinsip menjaga tradisi yang lama yang baik, menurut Ma'ruf, sesuai dengan prinsip Nahdlatul Ulama (NU). Meski demikian, prinsip itu masih dilanjutkan dengan melakukan perubahan atau transformasi dengan hal baru yang lebih baik.
"Tradisi yang lama yang baik jangan dihabisi, tetapi dijaga. Kecenderungan mendisrubsi apa yang lama harus kita tangkal, jangan sampai yang lama yang baik itu hilang," kata Ma'ruf Amin saat memberikan sambutan dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bertajuk "Indonesia dalam Cinta dan Harmoni" di kediaman Habib Hilal Alaidid di Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Ahad malam.
Menurut Maruf, upaya perubahan, harus tetap berada dalam koridor kebangsaan dan kenegaraan. Perubahan tidak boleh melampaui dan menghilangkan kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat oleh para pendiri bangsa, khususnya Pancasila, UUD 1945, dan NKRI.
Dalam konteks perubahan itu, ia mencontohkan, tidak boleh melampaui batas dengan mengubah NKRI sebagai konsep final menjadi khilafah.
"Boleh kita berdebat, boleh kita mencari mana yang terbaik. Tetapi kalau sesuatu yang diperdebatkan, yang diingkari itu sudah disepakati maka tidak boleh," kata dia.
Meski demikian, Ma'ruf tidak menampik bahwa di era Revolusi Industri 4.0 perubahan memang harus dilakukan dengan cepat. Namun kecepatan itu harus tepat, terukur dan bermuara pada hasil yang bermanfaat.
"Walaupun cepat, harus tepat, harus baik, dan terukur serta menghasilkan sesuatu yang bermanfaat," kata Ma'ruf yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.
Hadir pula dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani, putri Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, Yenni Wahid, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas beserta para habib dan kiai di Yogyakarta.