Senin 25 Nov 2019 03:00 WIB

Kapal Penyedot Pasir Tiba Lagi di Pulau Sabesi

Kapal penyedot pasir sudah diusir oleh warga Pulau Sabesi.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Kapal penyedot pasir.
Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang
Kapal penyedot pasir.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Setelah sempat diusir warga beberapa bulan lalu, kapal penyedot pasir kawasan Gunung Anak Krakatau (GAK) tiba lagi di perairan Pulau Sebesi, Lampung, Sabtu (23/11). Warga Pulau Sebesi masih memantau pergerakan kapal yang bersandar di tengah laut tersebut.

 Menurut Arifin, tokoh masyarakat Dusun III Regahan Lada Desa Tejang Pulau Sebesi, Lampung Selatan, kapal penyedot pasir tersebut bersandar di tengah perairan sekitar Pulau Sebesi. Warga mencurigai kapal tersebut akan merapat lagi ke kawasan GAK.

Baca Juga

 "Ini sekarang kapal penyedot pasir yang dulu pernah diusir warga datang lagi. Kapal itu masih berada di depan Pulau Sebesi," kata Arifin (55 tahun) kepada Republika, Sabtu (23/11).

 Ia mengatakan, warga kembali resah dengan adanya kapal asing yang diduga akan menyedot pasir GAK lagi seperti sebelumnya yang pernah terjadi. Saat ini, ujar dia, warga Pulau Sebesi masih memantau dan mengawasi terus pergerakan kapal tersebut, yang sekarang masih sandar di tengah laut.

 Beberapa bulan lalu, warga Pulau Sebesi bersepakat mendatangi kapal penyedot pasir dan kapal tongkang untuk penadah pasir di perairan GAK. Warga menggunakan perahu nelayan mengepung kapal tersebut dan berhasil menggeledah kapal tersebut.

 Kapal tongkang dan kapal tug boat (kapal penarik tongkang) berhasil diusir warga. Keberadaan kapal penyedot pasir tersebut, kerap diketahui nelayan yang mencari ikan di perairan sekitar GAK. Kejadian kapal penyedot pasir di sekitar perairan GAK selalu berulang.

Kasus hadirnya kapal penyedot pasir hitam di perairan GAK pernah terjadi beberapa tahun lalu. Menurut Yusuf, warga Desa Tejang, ia mengajak warga nelayan lainnya menggerebek kapal penyedot pasir tersebut. Kasusnya langsung diselesaikan secara hukum.

"Sudah ada yang ditahan waktu itu," kata Yusuf mengenang. Sedangkan pengusiran kapal yang terjadi pada beberapa bulan lalu, ia tidak ikut lagi. Warga Pulau Sebesi lainnya yang menggerebek dan mengusirnya.

Pulau Sebesi, satu dari pulau terdekat dengan GAK menjadi garda terdepan saat GAK bergolak. Untuk itu, menurut Yusuf, seringnya kapal penyedot pasir hitam GAK sebelum terjadi gelombang tsunami pada 22 Desember 2018, diduga karena banyaknya lubang bawah laut yang pasirnya disedot, sehingga terjadi runtuhan gunung dan menimbulkan gelombang tsunami.

Menurut dia, karena trauma tersebut, warga Pulau Sebesi sepakat tidak mau lagi ada kapal penyedot pasir hitam GAK yang akan berdampak langsung dengan masyarakat yang mendiami Pulau Sebesi. "Warga Pulau Sebesi masih trauma dengan bencana tsunami akhir tahun lalu," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement