Jumat 22 Nov 2019 14:41 WIB

5 Kecamatan di Agam Rawan Banjir Bandang

Lima kecamatan yang rawan banjir bandang terletak di punggung bukit barisan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Sekolah MDA, Masjid dan rumah warga yang tertimbun longsor banjir bandang di Jorong Galapuang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (21/11).
Foto: Republika/Febrian Fachri
Sekolah MDA, Masjid dan rumah warga yang tertimbun longsor banjir bandang di Jorong Galapuang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, AGAM - Wakil Bupati Kabupaten Agam Trinda Farhan Satria mengatakan di daerahnya terdapat lima kecamatan yang tergolong rawan bencana banjir bandang dan tanah longsor yakni kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan 4 Koto, Kecamatan Palupuah, Kecamatan Malalak, dan kecamatan Palembayan. Lima kecamatan tersebut menurut Trinda terletak di punggung bukit barisan.

"Memang ada lima kecamatan di Agam ini rawan. Apalagi kalau sudah masuk musim hujan," kata Trinda kepada Republika di Jorong Galapuang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Jumat (22/11).

Pada Rabu (20/11) malam WIB kemarin terjadi bencana banjir bandang yang melanda Jorong Galapuang. Banjir ini mengakibatkan 15 bangunan termasuk fasilitas umum rusak. Satu unit masjid dan satu bangunan sekolah MDA tergebang material longsor. 13 lainnya adalah rumah warga yang mengalami rusak berat, rusak sedang dan rusai menengah.

Sejak terjadi gempa bumi dahsyat di Sumbar 2009 lalu, Pemkab Agam sudah mewanti-wanti warga Jorong Galapuang agar pindah ke tempat lain. Namun banyak warga yang enggan pindah karena merasa sumber penghidupannya berada di Galapuang yang terletak di antara Bukit Kuduak Banting dan Danau Maninjau.

Namun Pemkab bersama BPBD kata Trinda selalu memberikan sosialisasi kepada warga Galapuang agar waspada dengan bencana longsor terutama setiap kali musim hujan.

Trinda bersyukur saat kejadian banjir bandang dua hari lalu, tidak ada warganya menjadi korban. Baik korban jiwa maupun luka. Ia mengapresiasi warga yang sigap menyelamatkan diri sebelum hujaman bebatuan, lumpur dan air menyeret pemukiman di Galapuang.

Selain merusak 15 bangunan, material lumpur dan bebatuan sempat memutus jalan sepanjang 200 meter. Tapi sampai siang ini, Jumat (22/11) jalan berangsur pulih setelah dibersihkan menggunakan dua alat berat yang dikerahkan pemerintah setempat.

Sebanyak 49 jiwa warga Galapuang mengungsi ke rumah-rumah tetangga dan sanak famili. Untuk ke depan, Pemkab kata Trinda akan membuatkan hunian sementara untuk warga bermukim sampai rumah mereka yang rusak selesai direnovasi.

"Huntara  akan kami siapkan. Sekarang kita membersihkan sisa longsor dan melakukan pendataan," ujar Trinda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement