REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Ratusan warga turut merayakan Festival Peluk Pohon di Gorontalo, yang digelar dalam rangka Hari Pohon Sedunia 2019 di Gorontalo, Kamis (21/11). Festival tersebut diinisiasi Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) dan SMA Negeri 2 Limboto, serta diawali dengan kampanye pohon kepada para siswa.
Siswa berkumpul di bawah pohon halaman sekolahnya dan berdiskusi tentang pohon, manfaatnya, serta semua peran pohon dalam kehidupan manusia.
"Jika kita menghitung berapa rupiah yang bisa pohon berikan melalui oksigen, jawabannya adalah ratusan miliar rupiah per tahun. Itu jika oksigennya berbayar, namun sampai sekarang ini kita menghirupnya dengan gratis karena jasa pohon-pohon," ungkap juru kampanye BIOTA, Ririn Hasan.
Menurutnya sebagian orang hanya melihat fungsi pohon sebagai peneduh, tetapi faktanya pohon memiliki banyak manfaat seperti penyerap polutan, mencegah banjir, habitat satwa liar, mencegah perubahan iklim hingga meredakan stress atau memulihkan kesehatan mental.
Selain diskusi, siswa juga menanam pohon dan diajak mengenali pohon di lingkungan sekolah melalui kuis tebak jenis pohon.
Peserta yang berhasil menjawab dengan benar, mendapatkan botol minum gratis sebagai bagian dari upaya mengurangi sampah plastik.
Sebagai aksi peluk pohon, siswa dan guru menyebar ke seluruh bagian sekolah dan masing-masing memilih satu pohon untuk dipeluk.
Sekretaris BIOTA Rosyid Azhar mengatakan pelukan tersebut bermakna sebagai ungkapan rasa cinta kepada pohon serta berniat untuk selalu menanam, merawat dan menjaga pohon agar tidak ditebang.
Festival peluk pohon tak hanya diikuti oleh siswa SMAN 2 Limboto, namun juga diramaikan oleh ratusan orang yang mengunggah aksi peluk pohonnya ke media sosial.
Berbagai pihak seperti jurnalis, siswa, anak-anak, wisatawan, aktivis lingkungan, ibu rumah tangga, polisi, hingga para pejabat pemerintahan mengikuti tantangan peluk pohon tersebut.
"Kami ingin membangkitkan kesadaran bersama, karena kita rugi bila kehilangan banyak pohon. Banyak penebangan pohon yang alasannya bisa banyak hal mulai dari pembangunan infrastruktur, kebakaran hutan, pembalakan liar. Pohon juga kerap dianggap penggangu karena menghasilkan sampah daun, atau justru dituding sebagai tempat maksiat," jelasnya.
BIOTA merupakan organisasi non pemerintah yang melakukan survey, kampanye, hingga edukasi terkait keragamanhayati dan perlindungan habitat.
Wakil Kepala Sekolah SMAN 2 Limboto, Ben Mulyono Rauf mengatakan pihaknya mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dengan cara menghijaukan sekolah.
"Kami selalu menambah jumlah pohon yang ada dan juga melibatkan siswa untuk merawatnya," ungkap Ben.
Sekolah yang pernah meraih juara pertama Sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2017 itu, juga memiliki sistem pemilahan sampah, pembuatan pupuk kompos, manajemen bank sampah hingga beternak ayam kampung.