jatimnow.com - Masih ingat Rama Philips, mantan pemulung yang merawat para lansia tuna wisma di Ponorogo? Baru-baru ini, kondisi para lansia di panti yang dikelolanya itu viral di media sosial (medsos).
Salah satu akun medsos yang memviralkannya yaitu akun Instagram (IG) Info Ponorogo. Dalam postingannya, selain mengunggah foto lansia, akun ini juga menuliskan caption (keterangan) bahwa para lansia tersebut ditelantarkan keluarganya.
"Repost dari @makassar_iinfo. Sedih... lihat para lansia ini di Panti Jompo yang telah ditelantarkan oleh keluarganya sendiri. Mereka tidur beralaskan coran semen, ketika dilihat dari fotonya mereka sudah tak punya lagi semangat hidup," tulis akun IG Info Ponorogo.
"Mungkin ada yang ingin membagikan sedikit rejekinya bisa langsung datang ke Alamat : Rt 01 Rw 01 Dukuh, Manding, Turi, Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63473," tambahnya.
Baca juga: Kisah Mantan Pemulung Ponorogo yang Kini Rawat 100 Lansia Tuna Wisma
Pengelola akun IG Info Ponorogo itu juga menulis: "Iki mau ceritane mimin di tag karo beberapa netijen, sek mimin takok ya ojo di bully (Ini tadi admin ditag sama beberapa netizen, sebentar admin tanya ya, jangan dibully). mimin butuh klarifikasi, iki enek tenanan opo ora cah? (Admin butuh klarifikasi, ini benar apa tidak),"
Sementara itu, Rama Philips,pemilik Panti Dhuafa Lansia Ponorogo tidak menampik kondisi lansia di panti yang dikelolanya tersebut.
"Memang kondisinya seperti itu. Tapi pakai alas kasur bus, dengan matras anti air," terangnya, Kamis (21/11/2019).
Hal itu, lanjut Rama, bukan tanpa alasan. Rama menyebut, tujuannya yaitu untuk mempermudah saat para lansia buang air besar maupun air kecil di tempat. Selain itu, juga untuk mempermudah relawan membersihkan tubuh para lansia.
Terkait cor-coran semen yang diviralkan tersebut, Rama mengaku bila cor-coran semen itu hanya untuk tempat duduk dan sesekali saja untuk tempat tidur bagi lansia yang sudah tidak bisa berjalan ke kamar mandi.
Menurut Rama, saat ini ada 90 orang yang hidup di pantinya, terdiri dari 15 lansia, 65 penghuni panti dan 10 relawan. Nah, hanya 15 orang yang tidur di atas cor-coran semen, lantaran tidak bisa berjalan ke kamar mandi.
"Untuk 65 lansia lainnya, tetapi masih bisa beraktivitas yang ditempatkan di tempat tidur yang ada kasurnya. Tempat tidur menggunakan kayu seadanya," tambahnya.
Rama kembali bercerita bahwa merawat lansia hingga orang dengan gangguan jiwa (OdGJ) tidak mudah. Selain harus ekstra sabar, ia dan para relawan juga harus memenuhi semua kebutuhan orang-orang yang dirawatnya.
Diketahui, Rama merupakan mantan pemulung yang akhirnya mengabdikan dirinya merawat para lansia yang ditelantarkan keluarganya. Dia membeli tanah dan membangun rumah setelah ia menjalankan bisnis batu akik usai meninggalkan pekerjaannya sebagai pemulung.
Berawal dari sana, Rama kemudian menampung beberapa lansia yang ia temui saat berbisnis batu akik. Saat ini, jumlah lansia yang dirawatnya sekitar 100 orang.
"Bisnis akik saya meredup, tapi saya diberi amanah oleh Tuhan untuk menampung dan merawat mereka," ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan para lansia yang dirawatnya, Rama bantig stir menjual berbagai macam plastik. Bahkan ketika ia tidak punya biaya untuk merawat para lansia, ada saja uluran tangan dari para dermawan, termasuk para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Hongkong.
Bahkan saat ini, Rama sudah melakukan MOU dengan empat Dinas Sosial, yaitu Dinsos Kabupaten Ponorogo, Magetan, Madiun dan Trenggalek. MoU itu salah satunya yaitu, bila dinsos terkait menggaruk lansia, akhirnya dikirim ke rumah singgah milik Rama. KemenkumHAM bahkan membantu membangun wisma lansia tersebut.