Selasa 19 Nov 2019 16:44 WIB

Cerita Kadir, Dai yang Dikirim Muhammadiyah di NTT

Muhammadiyah mengirimkan dai ke pelosok negeri.

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Mencerdaskan Anak-anak Tanah Gersang
Mencerdaskan Anak-anak Tanah Gersang

Program Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, yang mengirimkan dan menempatkan dai di berbagai pelosok negeri, berbuah manis. Dari kerja keras para dai tersebut lahirlah ranting dan cabang Muhammadiyah. Hal ini pula yang dilakukan oleh Abdul Kadir, dai utusan LDK PP Muhammadiyah asal Tliu, Amanuban Timur, Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Usai menimba ilmu di Pesantren Sobron dan lulus dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tahun 1987, ia bergegas berangkat ke Jakarta guna meminta SK Dai Muhammadiyah dari LDK Pusat. Di tahun itu pula ia mengantongi restu dari LDK dan pulang ke tanah kelahirannya, Desa Titlu. Dari situlah perjuangannya dimulai.

“Bukan semata dakwah, tapi saya ingin memajukan, membuat pintar anak-anak kami di sini,” ucapnya saat dihubungi Suara Muhammadiyah.

Semangat mencerdaskan anak bangsa yang ia peroleh dari bangku sekolah Muhammadiyah, menggerakkan tangannya untuk mengubah keadaan yang memprihatinkan. “Bagaimana tidak memprihatinkan, kondisi masyarakat kami sangat miskin, anak-anak tidak sekolah, dan kami kesusahan untuk mendapatkan air,” jelas Kadir.

Karena itu, di awal dakwahnya, ia berkeinginan untuk mendirikan sekolah. Namun, karena tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan sekolah, pendirian masjidlah yang didahulukan. Itupun bisa terlaksana berkat kerja sama dengan masyarakat sekitar.

“Masjid yang kami bangun waktu itu masih menggunakan tiang dari bambu dan atap dari daun,” cerita Kadir. Baru pada tahun 2010 atau usai Muktamar di Yogyakarta masjid dibuat permanen dengan biaya yang berasal dari sumbangan warga dan rekan-rekannya di Yogyakarta dan Solo.

Tidak berhenti di situ, dai yang kesehariannya berprofesi sebagai petani tersebut meneruskan usahanya untuk mencari dana. Cita-citanya untuk mendirikan sekolah pun mulai terang jalannya. Pada tahun 2011, ia bersama warga Muhammadiyah di sana mulai membangun panti asuhan Muhammadiyah yang diberi nama Abu Bakar As-Sidik. Kadir menerangkan bahwa sekarang panti asuhan ini bisa menampung 20 santri putra dan 27 santri putri.

Semangat mencerdaskan bangsa terus berhembus di tahun-tahun selanjutnya, hingga akhirnya tahun 2016 warga Cabang Muhamadiyah Amanuban Timur berhasil mendirikan SD Muhammadiyah 1 Mnelabesa, Titlu. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir meresmikan sekolah tersebut secara langsung pada tahun 2017.

Anggota MPM PP Muhammadiyah, Qomaruddin, mengapresiasi langkah PCM Amanuban Timur, NTT itu. Menurutnya, keterbatasan serta kondisi alam yang kurang bersahabat tidak mengecilkan semangat warga Muhammadiyah di sana untuk tetap maju.

“Sesekali mereka memberikan kami informasi tentang tanaman ubi yang mereka kelola. Alhamdulillah hasilnya cukup baik,” ujarnya. (gsh)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement