Senin 18 Nov 2019 00:15 WIB

Tasikmalaya Bentuk Desa Tangguh Bencana

Warga desa di Sundakerta, Tasikmalaya, dilatih untuk siap menghadapi bencana.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Friska Yolanda
Simulasi bencana (ilustrasi)
Foto: Republika/Bayu Adji P
Simulasi bencana (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebanyak 60 relawan dari berbagai unsur lapisan masyarakat di Desa Sundakerta, Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, mendapat pelatihan dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya. Mereka disiapkan sebagai relawan yang siap menghadapi bencana.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Anang Luqman mengatakan, pelatihan kepada para relawan itu dilakukan selama sepekan, mulai 11-16 November. Para relawan itu diilatih agar Sundakerta menjadi Desa Tangguh Bencana (Destana).

Baca Juga

"Di wilayah utara Tasikmalaya, baru Desa Sundakerta pertama. Karena di sini kami melihat sebagai zona merah, khususnya longsor. Jadi kita bentuk di sini," kata dia, Sabtu (16/11).

Dalam sepekan, para relawan yang berasal dari karamg taruna, perangkat desa, tokoh mayarakat, hingga warga biasa, itu diberikan pemahaman dasar mengenai kebencanaan. Mulai dari pencegahan, hingga penanggulangan sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana. Dengan begitu, ketika terjadi bencana di Desa Sundakerta, para relawan itu akan menjadi ujung tombak dalam penanggulangannya. Relawan itu juga diberikan berbagai peralatan berupa genset, tenda darurat, alat komunikasi, dan pakaian lengkap kebencaan. 

Selain diberikan materi dasar mengenai kebencanaan, mereka juga ditugaskan untuk membuat dokumen perencanaan penanggulangan bencana, khusus longsor. Dokumen itu nantinya akan menjadi acuan pemerintah desa untuk penanggulangannya.

"Diharapkan semua komponen ikut terlibat dalam penyusunan dokumen itu. Seandainya terjadi, nanti semua berpartisipasi dan siap menanggulangi bencana itu," kata dia.

Anang menambahkan, para relawan itu akan memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pemahaman mitigasi bencana. Dengan begitu, Desa Sundakerta dapat mandiri dalam menghadapi bencana, atau setidaknya ketika terjadi bencana, dampaknya dapat diminimalisir.

Ia mengakui, pemahaman warga Kabupaten Tasikmalaya terkait mitigasi bencana masih rendah. Namun, perlahan telah membaik. Salah satunya dengan pembentukan Destana di berbagai wilayah. 

Sejauh ini, BPBD Kabupaten Tasikmalaya telah membentuk 15 Destana. Mayoritas Destana dibentuk di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya, yang potensi bencananya lebih besar. 

Anang menyebutkan, pembentukan Destana dilakukan berdasarkan kajian risiko bencana. Artinya, wilayah yang diprioritaskan adalah desa yang memiliki potensi bencana, baik itu longsor, banjir, atau gempa bumi, yang tinggi.

Menurut dia, hampir 60 persen wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi bencana yang tinggi. Namun, anggaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya hanya bisa membetuk dua Destana setiap tahunnya.

"Karena itu kita bentuk di wilayah prioritas dulu. Di sini saja, menggunakan anggaran bantuan provinsi," kata dia.

Ia mengingatkan, pembentukan Destana tak boleh hanya sekadar seremonial. Artinya, keaktifan relawan dalam penanggulangan bencana harus terus dilakukan secara berkala. Dalam hal ini, pemerintah desa juga mesti memberikan dukungan. 

"Pemerintah desa harus memfasilitasi agar kegiatan penanggulangan bencana terus berjalan dengan anggaran dana desa. Kita hanya memulai awalnya, selanjutnya tergantung pada pemerintah desa," kata dia.

Kepala Desa Sundakerta, Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, Anton Raksadiwangsa mengatakan, pembentukan Destana di wilayahnya sangat berguna, mengingat di desa itu sering terjadi longsor. Namun, ia ingin kegiatan itu tak hanya sekadar seremonial. Ia berjanji, pemerintah desa akan menggandeng tokoh masyarakat dan lembaga yang ada di wilayahnya, untuk meneruskan pemahaman yang telah diberikan BPBD dan mengaplikasikannya di kehidupan masyarakat.

Rencananya, Anton akan mendirikan lembaga khusus yang menaungi para relawan kebencanaan. Tugasnya, mereka akan turun langsung ke masyarakat untuk melakukan sosialisasi terkait mitigasi bencana, dan tentunya melakukan penanggulangan ketika terjadi bencana.

"Kita ingin ini bisa berdampak besar ke masyarakat. Potensi bencana di sini adalah longsor. Kontur tanah banyak yang curam. Ketika hujan datang, mudah sekali longsor," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement