Jumat 15 Nov 2019 20:16 WIB

Cara Petani Tingkatkan Penghasilan tanpa Bakar Lahan

Bertani tanpa membakar lahan bisa meningkatkan produktivitas.

Petani sedang menggarap lahan (ilustrasi).
Foto: kementan
Petani sedang menggarap lahan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daniel (37), petani asal Dusun Sungai Langer, Desa Mengkiang, Sanggau, Kalimantan Barat, membagikan kesuksesannya meningkatkan pendapatan dan produktivitas tanah. Dia sudah meninggalkan teknik pembukaan lahan dengan cara dibakar dan berpindah-pindah.

Siapa sangka, dengan teknik yang lebih baik, hasil pertanian yang sebelumnya hanya digunakan untuk konsumsi keluarga, kini mampu memberikan penghasilan hingga Rp 1 juta per minggu. Diakuinya, teknik pembukaan lahan dengan cara dibakar dan berpindah-pindah masih kerap dilakukan petani di daerah tempat dia tinggal.

Baca Juga

"Karena dianggap sebagai tradisi turun-temurun dan lebih efisien. Padahal, jika dilihat jangka panjang, pertanian tanpa pembakaran justru menghasilkan lebih banyak keuntungan," kata Daniel yang diundang menjadi pembicara dalam Forum Diskusi Pojok Iklim yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (13/11).

Daniel juga dikenal sebagai motor penggerak dalam melakukan transformasi praktik bertani di lingkungan sekitarnya. Dia adalah orang pertama dan yang paling konsisten menerapkan praktik pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) di Kabupaten Sanggau.

Saat ini di Dusun Sungai Langer setidaknya sudah ada 20 kepala keluarga yang mengikuti jejak Daniel. Mereka mencoba melakukan pembukaan lahan tanpa bakar.

Daniel merupakan  binaan PT Finanntara Intiga, unit bisnis Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas di Kalimantan Barat melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Daniel melakukan pembukaan lahan tanpa bakar dengan metode Sanggau Farming System (SFS). Melalui metode ini Daniel mampu meningkatkan produktivitas lahan, sekaligus berkontribusi memelihara kelestarian alam dan lingkungan sekitar.

“Sanggau Farming System mempunyai dua prinsip, yakni prinsip penghasilan dan prinsip penataan. Prinsip penghasilan, kami membaginya menjadi penghasilan harian, bulanan, dan tahunan. Sedangkan untuk prinsip penataan, ada 5 hal yang perlu dilakukan oleh petani yaitu tata ruang, tata waktu, tata kelola, tata pengairan, dan tata niaga,” ucap Daniel.

Selain tanpa bakar, SFS juga diterapkan tanpa berpindah-pindah. Lahan dibagi ke dalam beberapa area atau jalur untuk menciptakan variasi tanaman sehingga lahan bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Usaha Daniel bukan pertama kalinya mendapat pengakuan. Pada tahun 2017 lalu, Daniel mewakili desanya menerima penghargaan Program Kampung Iklim dari KLHK atas kesuksesannya memelopori teknik pertanian tanpa bakar.

"Saat ini saya tidak peduli berapa rupiah yang saya hasilkan, yang terpenting, saya beserta keluarga sudah berubah dari berladang berpindah-pindah (dengan membakar) menjadi menetap (tanpa bakar)," ungkap Daniel.

APP Sinar Mas menjalankan program DMPA dengan mendukung masyarakat untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri, yakni bercocok tanam tumpang sari hortikultura (sayur dan buah), tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Program DMPA di Kalimantan Barat telah memberikan pendampingan terhadap 329 kepala keluarga di 18 desa dengan target tambahan 3 desa hingga akhir tahun 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement