Kamis 14 Nov 2019 11:34 WIB

Emil: English for Ulama akan Dimaksimalkan

Tujuannya agar Islam yang ramah dan toleran tersampaikan di sana.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan Teleconference dengan salah satu Ulama yang diberangkatkan ke Inggris di Kantor BJB Precious, Kuningan, Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Foto: Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan Teleconference dengan salah satu Ulama yang diberangkatkan ke Inggris di Kantor BJB Precious, Kuningan, Jakarta, Selasa (12/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengakui capaian yang dilalui melalui program English for Ulama melampaui ekspektasinya. Semula dia hanya ingin agar ulama-ulama yang dikirim ke Inggris melalui program tersebut melakukan dialog di forum-forum diskusi. Tujuannya, agar Islam yang ramah dan toleran di Indonesia, khususnya di Jabar, tersampaikan dengan baik di sana. Namun ternyata lima ulama yang dikirim ke lima kota di Inggris itu tak hanya disambut di forum-forum diskusi.

''Tapi juga diundang ke parlemen Inggris, DPR-nya Inggris, diundang para wali kota, para polisi yang ingin tahu seperti apa di Jabar,'' kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu kepada Republika, belum lama ini. Bahkan, tak hanya itu, mereka juga ada yang menjadi khatib dan imam pada shalat Jumat serta berceramah pada agenda Maulid Nabi Muhammad SAW di Inggris. ''Tentu semuanya cas cis cus dalam bahasa Inggris ya, saya sangat terharu dan bangga, respons-nya luar biasa,'' tandas Emil.

Dikatakannya, di tahun-tahun berikutnya, program English for Ulama ini akan dimaksimalkan hingga akhirnya menjadi program yang mendunia. ''Sehingga kita mendominasi bahwa keislaman masa depan itu adanya di Indonesia,'' ujarnya.

Di Jabar, lanjut Emil, pada dasarnya kebebasan beragama itu sangat dihormati dan sikap toleran sangat dijunjung tinggi. ''Pada dasarnya mayoritas secara umum itu sangat toleran, nah itu perlu diketahui oleh pihak-pihak di Barat, di Eropa, yang sering kali salah persepsi,'' ungkapnya.

Emil bercerita, saat di Inggris, dia mendapat informasi bahwa ketika mengetik kata 'Islam' pada katalog buku di perpustakaan, yang muncul terlalu banyak adalah terorisme dan radikalisme. ''Padahal dimensi keislaman sangat luas, jadi ini kurang publikasi-publikasi yang positif, dan komunikasi positif terkait keislaman,'' katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement