Rabu 13 Nov 2019 07:03 WIB

Hati-Hati Lintasi Jalan Tol Lampung Rawan Pelemparan Batu

Pelemparan batu rata-rata terjadi pada malam hari.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah kendaraan pemudik melintas di jalan tol Trans Sumatera Bakauheni-Terbanggi Besar, di Desa Sababalau Lampung Selatan, Lampung, Kamis (30/5/2019).
Foto: Antara/Ardiansyah
Sejumlah kendaraan pemudik melintas di jalan tol Trans Sumatera Bakauheni-Terbanggi Besar, di Desa Sababalau Lampung Selatan, Lampung, Kamis (30/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Para pengendara bermobil yang melintas di Jalan Tol Trans-Sumatra (JTTS) ruas Bakauheni–Terbanggi Besar hendaknya berhati-hati dan waspada. Beberapa kasus peleparan batu ke arah mobil yang melintas terjadi terutama pada malam hari. 

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id, Rabu (13/11), sebuah bus PO Puspa Jaya yang reguler mengangkut penumpang dari Terminal Rajabasa – Pelabuhan Bakauheni mendapat pelemparan batu. Kejadian tersebut pada JTTS KM 47 kawasan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan pada Senin (11/11) malam. 

Baca Juga

Kasus lainnya dialami mobil angkutan umum travel yang mengangkut penumpang ke Pelabuhan Bakauheni. Bunyi lemparan batu, kerap terdengar Yanto, sopir travel di bodi mobil. 

Ia memperkirakan lemparan tersebut berasal dari sisi jalan, yang terjadi pada ruas JTTS Bakauheni (Kalianda)–Kota Baru (Bandar Lampung). 

Menurut dia, pelemparan batu kerap terjadi pada malam hari di sisi jalan tol. Kondisi jalan yang gelap membuat para pelempar batu tersebut leluasa. “Kalau melihatnya sisi kanan dan kiri jalan masih semak belukar,” ujarnya. 

Para pengendara kendaraan yang memanfaatkan jasa jalan tol berharap Badan Pengelola Jalan Tol menempatkan petugas patroli sepanjang jalur tersebut, untuk memberikan rasa aman pengguna jalan tol. Petugas patroli dapat mencegah tindakan anarkis ketika ada kendaraan yang berhenti di sisi jalan karena kondisi kendaraan. 

Menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Lampung Ketut Pasek, organisasinya kerapa mendapat laporan pelemparan batu ke bus yang melintas di jalan tol. Aksi pelemparan batu tersebut terjadi belakangan ini dapat membahayakan sopir dan penumpang, terlebih akan terjadi kecelakaan.  

Ia mengatakan, sejak dibukanya jalan tol Bakauheni–Terbanggi Besar sepanjang 140,4 km, banyak perusahaan otobus dan travel yang membuka layanan penumpang melalui jalan tol. Selain jarak tempuh yang pendek, juga waktu tempat yang singkat tanpa terjebak kemacetan di jalan lintas, membuat penumpang dan perusahaan otobus, dan travel membuka jalur tersebut. 

Pengamatan Republika.co.id, ruas JTTS Bakauheni hingga Terbanggi Besar sebagian besar wilayahnya masih gelap. Lampu-lampu jalan di sisi kiri dan kanan baru terlihat ketika mendekati pintu tol. Sedangkan kendaraan patroli yang melintas jarang terlihat. Aksi pelemparan batu dari kawasan jalan tol yang gelap mengundang oknum melakukan tindakan tersebut.

Kalau melintas di JTTS siang hari kemungkinan kecil terjadi aksi pelemparan batu. Selain wilayahnya dapat dilihat langsung, juga potensi kekerasan dari sisi kanan dan kiri jalan tol sangat kecil. Aksi pelemparan batu dan tindakan kekerasan diperkirakan berpotensi besar pada malam hari, apalagi terdapat kendaraan yang berhenti di tepi jalan karena mogok dan lain hal.  

  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement