Selasa 12 Nov 2019 17:25 WIB

BPCB Ekskavasi Enam Situs Selama 2019 di Jatim

Enam situs ditemukan tersebar selama 2019 di sejumlah daerah Jatim.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan memeriksa bongkahan yang diduga merupakan bagian dari situs Candi Gedog di area persawahan di Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu (4/9/2019).
Foto: Antara/Irfan Anshori
Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan memeriksa bongkahan yang diduga merupakan bagian dari situs Candi Gedog di area persawahan di Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Rabu (4/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan setidaknya telah melakukan ekskavasi enam situs di Jawa Timur (Jatim) selama 2019. Proses ini dilakukan berdasarkan informasi temuan yang dilaporkan masyarakat.

Arkeolog dari BPCB Trowulan, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, situs yang ditemukan selama 2019 tersebar di sejumlah daerah di Jatim. Beberapa di antaranya seperti Situs Sekaran di Kabupaten Malang dan Pataan di Lamongan. Lalu Situs Sumberbeji Jombang, Gedog di Kota Blitar dan Gunung Klotok di Kediri.

"Dan Situs Kumitir Trowulan, itu ada enam situs besar yang kita ekskavasi tahun ini," ujar Wicak saat dihubungi Republika, Selasa (12/11).

Berdasarkan hasil analisis sementara, Situs Pataan di Lamongan didirikan di masa Raja Airlangga. Situs Gunung Klotok dari Kerajaan Kadiri sedangkan Situs Sumberbeji berdiri di masa Pemerintahan Kadiri dan Majapahit. Sementara Situs Sekaran dan Situs Kumitir sama-sama diperkirakan berdiri sejak era Kerajaan Singhasari serta Majapahit.

Menurut Wicak, perkiraan masa pendirian situs didasari atas tiga hal. Aspek tersebut di antaranya tipologi dimensi bahan dan temuan lepas. Selain itu, juga termasuk data prasasti dan naskah sastra lainnya.

 

Wicak berpendapat, temuan tersebut harus ditindaklanjuti oleh para ahli terlebih dahulu. Dengan demikian, bahan tersebut kelak dapat dijadikan informasi baru atau tidak dalam kesejarahan Indonesia. Pasalnya, BPCB Trowulan hanya bertugas melindungi dan melestarikan data sejarah dan arkeologi yang berbentuk fisik.

"Dengan kata lain, prioritas kami adalah menyelamatkan data agar dapat digunakan untuk menafsirkan aspek kesejarahan lebih luas lagi yang dilakukan oleh pihak-pihak lain. Tanpa data, pihak lain tidak akan bisa menafsir kebaruan sejarah bangsa kita kan?" tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement