Selasa 12 Nov 2019 13:51 WIB

BPIP Ingin Sebarkan Doktrin Pancasila Lewat Budaya

BPIP menilai jalur budaya sama efektifnya dengan pendidikan untuk sebarkan Pancasila

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPIP Hariyono didampingi Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Aris Heru Utomo (kanan) mengisi materi sosialisasi nilai-nilai Pancasiladi Kota Batu, Jawa Timur, Senin (11/11) malam WIB.
Foto: Erik PP/Republika
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPIP Hariyono didampingi Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Aris Heru Utomo (kanan) mengisi materi sosialisasi nilai-nilai Pancasiladi Kota Batu, Jawa Timur, Senin (11/11) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Selain jalur pendidikan formal, indoktrinasi nilai-nilai Pancasila akan diterapkan lewat jalur kebudayaan. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengakui, jalur budaya sebenarnya tidak kalah efektif seperti pendidikan dalam menanamkan Pancasila ke semua siswa.

Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP, Aris Heru Utomo mengatakan, cara Wali Songo dalam berdakwah mengenalkan agama Islam lewat pendekatan budaya terbukti berhasil diterima masyarakat Indonesia.

"Seperti penyebaran agama Islam di Indonesia yang menggunakan budaya, seperti wayang oleh Wali Songo," kata Aris saat menjadi pembicara sosialisasi Pemanfaatan Internet dalam Penyebaran Nilai-Nilai Pancasila Bagi Perangkat Desa di Kota Batu, Jawa Timur, Selasa (12/11).

Aris mengatakan, BPIP juga akan menggandeng Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mewajibkan kembali mata pelajaran Pendidikan Pancasila (PKn) untuk menanamkan ideologi ke siswa. Dia pun menyinggung, kalau negara maju sudah melibatkan seluruh elemen masyarakat dan menggunakan cara-cara kekinian dengan  pendekatan budaya ketika mengenalkan nilai-nilai Pancasila.

"Memang saat ini belum sepenuhnya, masih proses kita sedang siapkan. Ternyata jalur budaya tak kalah efektif seperti jalur pendidikan. Karena doktrin harus dilakukan dengan cara kekinian," kata Aris.

Dia pun menyinggung bagaimana pemerintah Amerika Serikat (AS) menanamkan nasionalisme kepada masyarakatnya melalui propaganda film yang selalu menekankan negeri Paman Sam sebagai bangsa besar yang selalu menang. "Kita film-film Indonesia isinya selalu kalah, Si Pitung kalah ditangkap Belanda, banyak film yang ujungnya kalah, jadi kita tak sadar menjadi bangsa yang kalah. Semoga ini menjadikan BPIP mendoktrinkan secara kekinian, misal dengan film," kata Aris.

Dia melanjutkan, masyarakat Jepang dahulu tidak menggemari cabang sepak bola. Perkembangan sepak bola di Jepang pada 1980-an, sambung dia, masih kalah dibandingkan dengan Indonesia. "Jepang itu kalahan di sepak bola, tapi lewat film Kapten Tsubasa itu bisa mengubah anak-anak mencintai sepak bola, sekarang Jepang malah tidak pernah absen di Piala Dunia, sepak bolanya maju," ujar Aris.

Direktur Yayasan Nawala Nusantara, M Yamin mengatakan, nilai-nilai Pancasila harus dikenalkan pemerintah ke masyarakat secara intensif dan berkelanjutan agar bisa diserap ke dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga mendorong agar BPIP melakukan literasi digital untuk mengajarkan Pancasila ditanamkan ke anak-anak mulai level keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement