Selasa 12 Nov 2019 06:19 WIB

Antisipasi Banjir Terhambat Pemangkasan Anggaran

Anggaran sebesar Rp 197 miliar untuk saringan sampah raksasa disetujui.

Rep: Amri Amrullah/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Warga membersihkan rumah dan harta bendanya pascabanjir merendam kawasan Kelurahan Rawajati di Jakarta, Senin (29/4/2019).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warga membersihkan rumah dan harta bendanya pascabanjir merendam kawasan Kelurahan Rawajati di Jakarta, Senin (29/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persiapan antisipasi banjir menjelang masuknya musim penghujan telah disiapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sejak beberapa bulan terakhir. Namun, diakui Dinas Sumber Daya Air, proyek pencegahan banjir seperti naturalisasi waduk dan kali mungkin terganjal pemangkasan anggaran yang saat ini masih berproses di DPRD.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini mengatakan, dari Rp 3,9 total anggaran SDA yang diajukan pada 2020, anggaran untuk pengendalian banjir sendiri sebesar Rp 1 triliun. Di antaranya untuk pembelian ekskavator, naturalisasi waduk dan kali, dan pembuatan waduk baru, salah satunya pembebasan lahan waduk sebesar Rp 600 miliar.

"Sebenarnya sih rencananya besar, cuma karena ada efisiensi anggaran kemarin, itu dikurang-kurangi, malah tadinya Rp 425 miliar untuk pembebasan, kurang //kan//. Anggaran sekarang kami saja Rp 850 miliar pada 2019, yang sudah terserap Rp 350 miliar. Berarti kan masih ada Rp 500 miliar lagi, tapi //kan// disetop sekarang," kata Juaini, Senin (11/11).

Beberapa waduk tersebut, di antaranya ada di Waduk Marunda berupa tambahan, kemudian di Brigif, di Setu Babakan juga ada, tapi tidak banyak. Kemudian, Waduk Lebak Bulus, embung di Kamal dan di Kebagusan.

Juaini sudah berkomitmen pembuatan dan normalisasi waduk-waduk ini memang akan diselesaikan segera. Walaupun dengan kondisi keuangan seperti sekarang, ia mengakui akan memengaruhi pencegahan dan antisipasi banjir. "Selama ini persiapan banjir sebenarnya sudah jalan," ujar dia.

Di Pemerintah Kota Jakarta Barat, saat ini juga sedang mengantisipasi datangnya banjir di lima wilayah menjelang masuknya musim hujan. Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Purwanti menyebutkan, Kelurahan Rawa Buaya, Tegal Alur, Kedoya Selatan, Kedoya Utara, dan Kembangan Utara merupakan wilayah rawan banjir.

"Daerah di sana ada kali yang belum ditanggul, seperti Kali Angke dan Kali Pesanggrahan, karena masalah pembebasan lahan," kata Purwanti.

Purwanti menegaskan, pembebasan lahan pinggir kali merupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas SDA dan pemerintah pusat. Pihaknya sudah mengantisipasi genangan di wilayah tersebut, di antaranya memantau tinggi muka air di hulu melalui laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk tindakan antisipasi genangan. Selain itu, pihaknya juga melakukan pembersihan saluran air, pengerukan kali, pembangunan pintu air, dan perawatan pompa air.

Pihaknya telah melakukan pembangunan pintu air di kolong tol Kali Angke. Hal itu untuk mencegah air masuk ke saluran penghubung Bojong. Selain itu, juga telah dilakukan pembangunan pintu air yang sejajar rel Rawa Buaya. Hal itu untuk mencegah air masuk dari Kali Mookervart ke Kali Semanan jika permukaan air Kali Mookervart meninggi.

"Kita meningkatkan pompa waduk Bojong menjadi 3x500 liter per detik dari 6x60 liter per detik," kata dia. Di setiap kelurahan dan kecamatan di Jakarta Barat, juga telah didirikan posko banjir.

Saringan Raksasa

Sementara itu, Komisi D DPRD DKI Jakarta menyetujui Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta untuk menganggarkan saringan sampah raksasa di hulu Sungai Ciliwung dalam perencanaan Kebijakan Umum APBD Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS) 2020 sebesar Rp 197 miliar.

"Ya, tentu secara desain detailnya itu kita dibantu ITB. Tentu, ini sudah mempertimbangkan kriteria desain bagus, tetapi sudah juga diadaptasi ke kebutuhan lokal kita," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin.

Andono mencontohkan, fungsi saringan sampah raksasa dapat dirasakan, apalagi saat musim hujan tiba. Saat musim kemarau, sampah yang diangkut dari Pintu Air Manggarai sebanyak dua truk besar, tetapi pada saat musim hujan, truk yang disiagakan dapat mencapai ratusan unit akibat sampah aliran dari hulu Sungai Ciliwung meningkat drastis.

Nantinya saringan sampah raksasa itu terdiri atas tiga lapis. Setiap lapisnya dipastikan dapat menjaring berbagai ukuran sampah, mulai dari yang besar hingga yang berukuran kecil. Saringan sampah raksasa serupa pernah diimplementasikan di luar negeri tepatnya di negara Australia.

"Seperti yang tadi saya bilang konsep di luar sudah ada, tapi perlu disesuaikan dengan karakter kita (Jakarta) desainnya," ujar Andono. Pemasangan saringan sampah raksasa ini nantinya turun melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BWSCC).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement