Senin 11 Nov 2019 14:03 WIB

Saat KRI Bima Suci Sandar di Banyuwangi

KRI Bima Suci singgah dua hari di Banyuwangi

Rep: jatimnow.com/ Red: jatimnow.com
.
.

jatimnow.com - KRI Bima Suci singgah dua hari di Banyuwangi setelah melakukan lawatan ke 9 negara. Dari sekian banyak awak kapal, salah satunya adalah Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) dari Bumi Blambangan.

Taruna AAL asal Banyuwangi itu bernama Wahyu Wardoyo. Saat kapalnya bersandar di Bumi Blambangan, Wahyu Wardoyo langsung dipeluk erat oleh Nur Jannah. Wajah bahagia terpancar dari wanita berpakaian hijau muda itu.

Ya, Nur Jannah adalah ibunda dari Wahyu. Sebelum memeluk anaknya, ia tampak melambaikan tangan ke arah KRI Bima Suci yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjungwangi, Kalipuro, Sabtu (9/11/2019).

Memang sebelum kapal bersandar, di atas KRI Bima Suci, para taruna AAL berdiri di tiang-tiang layar sembari melambaikan tangan dalam tradisi Parade Roll. Mereka memberikan penghormatan kepada orang-orang yang menyambut di pelabuhan.

Baca juga:  KRI Bima Suci Singgah di Banyuwangi Usai Keliling 9 Negara

Pertemuan ibu dan putranya itu memang terasa spesial. Bagi Wahyu, sandarnya KRI Bima Suci di Banyuwangi tak ubahnya pulang ke kampung halaman sendiri. Maklum saja, Wahyu adalah satu-satunya Taruna AAL yang berasal dari Kota Gandrung tersebut.

Para Taruna AAL melaksanakan tradisi Parade Roll di KRI Bima Suci saat hendak sandar di Banyuwangi

"Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menunjukkan keindahan Banyuwangi kepada teman-teman taruna yang lain," ungkap Wahyu.

Sebagai putra daerah Banyuwangi, kebanggaan Wahyu bukan tanpa alasan. Dari 103 Taruna AAL angkatan 66 tahun 2017 yang berasal dari seluruh Indonesia itu, tak semua kampung halamannya bisa disinggahi. Selain di Surabaya, hanya Batam, Bali dan Banyuwangi saja kota yang di Indonesia yang dipilih untuk sandar.

"Semoga saya bisa memberikan kebanggaan bagi Banyuwangi. Menjadi tentara yang bisa mengharumkan nama daerah," urainya.

Menjadi Taruna AAL, memberikan pengalaman yang mengesankan bagi Wahyu. Pemuda berawakan tegap berkulit bersih itu, berasal dari perkampungan di lereng Gunung Raung, Desa Sumber Bulu, Kecamatan Songgon. Sebagai anak gunung, ia tidak pernah menyangka bisa mengikuti pelayaran keliling dunia.

"Saya ini anak gunung, tidak menyangka bisa merasakan pelayaran keliling dunia yang harus menghadapi ombak setinggi delapan meter," tutur Wahyu.

Memang, sejak kecil, putra pertama pasangan almarhum Juhariyanto Handoyo dan Nur Jannah tersebut, bercita-cita menjadi angkatan laut. Untuk mewujudkan impiannya itu, ia harus berkali-kali mengikuti tes demi bisa masuk AAL.

"Tiga kali ikut tes. Mulai tahun 2015, gagal. 2016, kembali gagal. Pada 2017, baru berhasil setelah mendaftar lewat Bali. Dan saya bangga, anak saya kini bisa mewujudkan cita-citanya dan bisa mengabdi untuk negara," tambah Nur Jannah.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan jatimnow.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab jatimnow.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement