jatimnow.com - Sambut dies natalis ke-65, Universitas Airlangga (Unair) melakukan pemeringkatan daerah-daerah dengan inovasi program pembangunan terbaik.
Banyuwangi terpilih sebagai peringkat pertama inovasi daerah terbaik, sehingga dianugerahi penghargaan 'Inovasi Daerah Terbaik' dalam Airlangga Performance and Innovation Award di kampus Unair, Senin (11/11/2019).
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dan Rektor Unair Prof M Nasih kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa juga menerima penghargaan 'Alumni Berprestasi' dari universitas yang berada pada posisi 651-700 terbaik dunia bersi QS World University Ranking tersebut.
Bupati Anas menyampaikan terima kasih kepada seluruh sivitas akademika Unair yang telah menyemangati Banyuwangi melalui apresiasi ini.
"Kami menilai Airlangga Performance and Innovation Award sebagai pelecut untuk terus berinovasi. Jadi ini bukan semata-mata penghargaan, tapi sebenarnya justru tugas untuk terus berinovasi," ujar Anas.
"Seperti kata Pak Rektor Unair Prof Nasih, kreativitas dan inovasi adalah kunci bagi seluruh entitas, baik itu lembaga pendidikan, pemerintah, maupun dunia usaha, agar bisa berdaya saing," tambahnya.
Dalam pengantar Unair untuk Airlangga Performance and Innovation Award kategori 'Inovasi Daerah Terbaik', sejumlah inovasi Banyuwangi yang diapresiasi antara lain beragam inovasi sosial seperti Rantang Kasih (pemberian makanan bergizi gratis tiap hari untuk warga miskin lanjut usia), uang saku setiap hari dan tabungan pelajar kurang mampu, hingga pengembangan pariwisata melalui festival seni-budaya.
Sebelumnya, pada Oktober lalu, Banyuwangi juga kembali ditetapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sebagai 'Kabupaten Terinovatif' se-Indonesia.
Anas menambahkan, keberadaan lembaga pendidikan seperti Unair yang melakukan pemeringkatan inovasi daerah patut diapresiasi sebagai wujud evaluasi dari program-program yang dikembangkan berbagai daerah di Tanah Air.
"Kadang kala kita ini bekerja, lalu bikin indikator output-outcome sendiri, dan bilang pekerjaan sudah dilakukan dengan baik. Nah, dengan kehadiran Unair melalui ajang apresiasi seperti ini, bisa memberi acuan ke daerah. Kita di daerah jadi tahu, oh ternyata inovasi kita itu begini lho, oh seharusnya tidak begitu, dan seterusnya," ujar penulis buku 'Anti-Mainstream Marketing' tersebut.
Anas mengatakan, inovasi yang dilakukan daerah tidak boleh hanya 'asal beda', melainkan harus berdampak pada peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi warga.
"Gimmick untuk bikin inovasi lebih menarik memang diperbolehkan, tapi sasarannya harus jelas. Dan alhamdulillah di Banyuwangi semua indikator menunjukkan kemajuan, tentu dengan sekian kekurangan yang ada. Misalnya, kemiskinan yang dulu selalu dua digit, sekarang bisa kami tekan hingga 7 persen. Pendapatan per kapita naik dua kali lipat menjadi lebih dari Rp48 juta per orang per tahun," ujar Anas yang juga ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) tersebut.