Ahad 10 Nov 2019 10:12 WIB

Kegembiraan Menyambut Maulid Nabi Muhammad

Maulid Nabi Muhammad dirayakan di berbagai wilayah di Tanah Air

Sejumlah jamaah saat mendengar ceramah dari Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab pada acara Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAW ke 1493 di Jalan KS Tubun, Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah jamaah saat mendengar ceramah dari Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab pada acara Maulid Akbar Nabi Besar Muhammad SAW ke 1493 di Jalan KS Tubun, Jakarta, Jumat (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Suasana peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1441 Hijriyah, bertepatan 9 November 2019, berlangsung meriah di kalangan masyarakat Kabupaten Bangka. Warga saling berkunjung ke rumah saudara, teman, dan tetangga, mirip suasana Hari Raya Idul Fitri.

Sejak Sabtu (9/11) pagi, warga saling berkunjung ke rumah untuk bersilaturahim, terutama warga yang muda mendatangi rumah saudara yang lebih tua atau orang-orang yang dituakan di desa setempat.

Adi Muslih, warga Kelurahan Sinar Baru, Sungailiat, menyebutkan, suasana bersilaturahim dengan saling mengunjungi rumah warga sudah berlangsung lama setiap perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammd SAW. “Warga yang merayakan juga menyajikan sejumlah jenis makanan, minuman, termasuk ada yang menyediakan ketupat, opor ayam, untuk para tamu dan makanan lainnya," katanya.

Dia mengatakan, sebelum saling berkunjung ke sanak saudara, warga terlebih dahulu biasanya melakukan kegiatan di masjid untuk mendengarkan ceramah dan nganggung atau makan di masjid dengan makanan yang dibawa oleh jamaah.

“Tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan oleh warga di sejumlah desa. Situasinya lebih ramai dibandingkan dengan perayaan Lebaran karena warga desa yang tidak merayakan biasanya turut berkunjung," ujarnya.

Dia mengatakan, melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat meneladani sifat-sifatnya dengan cara meningkatkan ukhuwah silaturahim dan saling maaf-memaafkan.

Perayaan yang sama juga diselenggarakan oleh warga Desa Tanjung Ratu, Desa Kayu Besi, dan beberapa desa lainnya. Ahmad, warga Desa Tanjung Ratu, mengatakan, perayaan Maulid Nabi di desanya cukup meriah karena banyak warga dari desa lain yang berkunjung ke desanya untuk bersilaturahim baik ke saudaranya atau teman.

"Banyak warga dari desa lain yang sengaja datang untuk bersilaturahim saling meminta maaf sambil menikmati hidangan yang disediakan oleh tuan rumahnya," kata Ahmad.

Suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan saling berkunjung juga menjadi tradisi di daerah hulu sungai sejumlah kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan. Setiap keluarga merayakan dengan menyediakan hidangan seperti ketika mengundang warga untuk acara syukuran.

Warga Kota Pariaman, Sumatra Barat, melaksanakan badikie rabano atau menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW yang disampaikan dengan cara dinyanyikan guna memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal itu telah berlangsung ratusan tahun.

"Untuk Kota Pariaman yang melaksanakan badikie rabano hanya di masjid ini," kata Ketua Pengurus Masjid Raya Kota Pariaman Amhar Jamil di Pariaman, Sabtu.

Amhar mengatakan, biasanya, untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad, warga di daerah Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman melaksanakan badikie. Namun, semenjak masjid itu berdiri, pihaknya menggabungkannya dengan rebana agar indah di dengar.

Ia menyebutkan, dalam badikie tersebut dibacakan kitab Barzanji yang berisi sejarah Nabi Muhammad, shalawat, serta puja dan puji kepada Nabi dengan menggunakan bahasa Arab. ‘’Peringatan Maulid Nabi Muhammad di masjid tersebut telah dilaksanakan semenjak 1 Rabiul Awal dan hari ini telah memasuki hari ke-12,’’ ujarnya

Pada hari pertama, lanjutnya, disebut dengan manyongsong atau menyongsong bulan dengan kegiatan pembacaan amir zanji, pembacaan syarakat, dan ditutup dengan doa maulid. Hari berikutnya hingga hari ke-11 yaitu pembacaan tarik Nabi atau sejarah Nabi Muhammad mulai dari masa kecil hingga wafat dengan menggunakan bahasa Indonesia.

"Tarik Nabi ini dilaksanakan mulai dari usai shalat Maghrib hingga memasuki waktu shalat Isya dan nanti malam tabligh akbar," katanya.

Ia mengatakan, badikie rabano tersebut sudah dilaksanakan semenjak masjid itu didirikan oleh Syekh Muhammad Jamil sekitar 150 tahun yang lalu. \"Semenjak itu, kami rutin melaksanakan badikie rabano untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad setiap tahunnya," ujarnya.

Namun, ia menyayangkan sulitnya mencari generasi baru dari “tukang dikie” karena kurangnya ketertarikan generasi muda terhadap hal tersebut. Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad di daerah itu juga dilaksanakan makan bajamba yang nasinya dibungkus dengan daun pisang oleh ibu-ibu dengan tujuan untuk menjamu tamu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement