REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal menyatakan pertanian merupakan sektor yang paling merasakan dampak perubahan iklim.
Saat membuka sekolah lapang iklim yang diikuti 70 peserta dari Pulau Ambon, Pulau Seram, dan Pulau Buru di Ambon pada Sabtu (9/11), ia menjelaskan bahwa ada tiga komponen utama yang menentukan keberhasilan usaha pertanian, yakni kondisi tanah, varietas tanaman, serta kondisi cuaca dan iklim.
Namun, ia mengatakan, betapapun bagusnya varietas dan kondisi tanah, hasil panen tidak akan optimal kalau faktor cuaca dan iklim tidak diperhitungkan dalam pengusahaan pertanian.
Oleh karena itu, BMKG berusaha menyampaikan informasi mengenai cuaca dan iklim serta faktor-faktor yang bisa menyebabkan perubahan iklim kepada masyarakat.
"Kami dari BMKG menyadari bahwa cara meningkatkan akurasi produk informasi dengan mitra kita artinya tanpa ada literasi yang dilakukan dengan mitra maka usahanya akan sia-sia," ujarnya.
"Kalau bicara bercocok tanam bukan hanya iklim saja, karena ini bisa dipakai untuk perencanaan awal, tetapi juga dibutuhkan informasi cuaca," ujarnya.
Lewat sekolah lapang iklim, warga dan petani bisa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan seputar iklim dan cuaca, pengaruhnya terhadap usaha pertanian, serta upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian.