Jumat 08 Nov 2019 10:40 WIB

Kaum Disabilitas Juga Mampu Melakukan Ekspedisi

Selama delapan hari mereka menyelesaikan bersama tantangan yang dihadapi

Tampak para peserta Ekspedisi  Bhinneka Bagi Bangsa sedang melakukan kegiatan di lapangan
Foto: dok istimewa
Tampak para peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa sedang melakukan kegiatan di lapangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterbatasan fisik yang yang dimiliki seseorang bukanlah halangan untuk berprestasi. Sejumlah remaja penyandang disabilitas melakukan aksi petualangan di alam bebas.

Kegiatan selama delapan hari yang diberi nama  Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa ini bertujuan menyatukan remaja dari berbagai daerah, agama dan kondisi fisik yang berbeda ke dalam sebuah kurikulum ekspedisi alam outdoor education.

Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands Wendy Kusumowidagdo sebagai penyelenggara kegiatan menerangkan, Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa  sejatinya adalah program beasiswa pertukaran pelajar bagi 29 siswa setara SMU dan termasuk di dalamnya adalah para pelajar sekolah luar biasa penyandang disabilitas.

Dalam kegiatan yang berlangsung di OBI Eco Campus, Jatiluhur, Jawa Barat, dari tanggal 25 Oktober hingga 1 November lalu, mereka selama delapan hari penuh berkegiatan bersama, menyelesaikan tantangan bersama apapun kondisinya. Termasuk mendaki gunung dan menjelajah danau, semua dilakukan bersama-sama. "Artinya, Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa adalah program yang menerapkan inklusivitas secara utuh tanpa batas," kata Wendy dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu. 

Misi besar Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa adalah agar para bibit penerus perjuangan bangsa ini mendapatkan pengalaman dan pembelajaran bersama melalui tantangan ekspedisi alam. Ini berguna untuk mengembangkan karakter diri, kerjasama, dan toleransi di tengah tantangan, perbedaan dan keberagaman.

Total terdapat 29 siswa yang berasal dari Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, NTT, hingga Papua.  Hal itu berkat dukungan para sponsor  dari Bank BCA, GoWork, Yayasan Kasih Mulia, Freeport Indonesia, McDonald's, Outward Bound Indonesia dan Wardah. 

Di hari terakhir, para peserta dari Jatiluhur diboyong ke Hotel Grand Hyatt, Jakarta untuk mengikuti rangkaian Masterclass dan diskusi bersama para pakar mengenai isu-isu perempuan, minoritas, disabilitas, lingkungan hidup dan seni bersama sejumlah pakar dibidangnya. 

Wendy berharap setiap peserta dapat belajar bahwa semua orang dapat hidup berdampingan, apapun latar belakang kehidupan dan kondisi fisiknya. "Hal ini dapat tercapai apabila kita bertoleransi dan bekerjasama, serta meyakini disabilitas bukan halangan untuk maju bersama," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement