REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir-akhir ini ruang publik dinilai semakin banyak dipenuhi dengan permainan politik identitas yang mengumbar kebanggaan primordial. Dalam konteks ini bangsa ini dinilai butuh sosok pahlawan-pahlawan baru yang melawan kerasnya penjajahan politik identitas yang dapat merusak perdamaian bangsa.
Penguatan pemahaman Pancasila sebagai ideologi bangsa dinilai menjadi solusi dalam menghadirkan pahlawan perdamaian. Dengan Pancasila, beragam perbedaan bangsa bisa melebur menjadi satu kekuatan.
“Karena itu Pancasila harus terus disosialisasikan dan ditanamkan sebagai ideologi bangsa,” ujar Plt Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Haryono di Jakarta, Selasa (5/11).
Ia menegaskan, ideologi itu bukanlah warisan biologis. Ideologi adalah warisan kultural yang harus dirawat, dibina dan disosialisasikan secara terus menerus. Pasalnya, tidak ada jaminan bila ada orang tua yang anti Pancasila lalu anaknya juga anti Pancasila.
“Dengan proses edukasi dan sosialisasi kita bisa mengubah semua itu,” kata Hariyono.
Karena itu, lanjutnya, Pancasila sangat ideal sebagai bekal dan inspirasi, terutama dalam membangun generasi bangsa menjadi pahlawan-pahlawan baru, terutama dalam menghadapi berbagai ancaman seperti intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, radikalisme dan terorisme berkembang karena pengaruh ideologi kekerasan yang menyebar begitu masifnya. Baik anak muda sampai orang tua bisa terpapar. Pancasila sebagai ideologi negara bisa hadir sebagai penetralisir terhadap ideologi-ideologi yang membahayakan tersebut.
“Indonesia lahir dari bangsa yang terjajah mental inlander menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang berpikir merdeka. Sedangkan terorisme itu sebenarnya bagian dari orang-orang yang tidak merdeka dalam berpikir. Seperti yang kita lihat di Suriah, di Irak, peradaban-peradaban besar manusia hancur karena pikiran yang tidak merdeka sehingga mereka saling meneror,” ujar Hariyono.