Kamis 07 Nov 2019 18:14 WIB

Belajar di Tengah Rasa Takut

Siswa SDN Sukamelang di Indramayu belajar dalam ruang kelas yang rusak.

Sejumlah siswa di SDN Sukamelang III, Desa Sukamelang, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, beraktivitas di ruang kelas mereka yang rusak, Rabu (6/11).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Sejumlah siswa di SDN Sukamelang III, Desa Sukamelang, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, beraktivitas di ruang kelas mereka yang rusak, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lilis Sri Handayani

Para siswa kelas tiga SDN Sukamelang III, Desa Sukamelang, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, terlihat bercanda di dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar sedang memasuki jam istirahat, Rabu (6/11). Keceriaan nampak di wajah polos mereka.

Baca Juga

Namun, di balik keceriaan itu, tersembunyi rasa takut akan kondisi ruang kelas mereka yang rusak. Kerusakan itu sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan mereka.

Berdasarkan pantauan Republika, kerusakan ruang kelas itu terutama terlihat pada bagian atap. Plafon ruang kelas sebagian besar sudah berlubang hingga hanya menyisakan rangkanya yang terbat dari kayu.

Lubang-lubang pada plafon itu tidak terjadi dalam satu waktu, melainkan secara bertahap. Pecahan plafon pun kerap berjatuhan ke bawah, saat siswa dan guru sedang melakkan aktivitas belajar mengajar di dalam kelas.

"Takut kejatuhan," ujar seorang siswa kelas tiga, Sila.

Hal senada diungkapkan seorang siswa lainnya bernama Dani. Dia pun kerap merasa takut karena plafon bisa berjatuhan kapanpun dan berisiko menimpa siapa saja yang ada di bawahnya.

"Jadi takut," tutur Dani.

photo
Sejumlah siswa di SDN Sukamelang III, Desa Sukamelang, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, beraktivitas di ruang kelas mereka yang rusak, Rabu (6/11).

Tak hanya dirasakan siswa, ketakutan juga dialami guru yang mengajar. Meski sudah terbiasa dengan kondisi itu, kekhawatiran akan keselamatan anak didik kerap menghantui mereka.

"Rasa takut sih ada karena (plafon) sering jatuh saat sedang aktivitas belajar mengajar di kelas. Alhamdulillah selama ini tidak pernah menimpa siswa," kata seorang guru di sekolah tersebut, Darnisem.

Kekhawatiran Darnisem semakin bertambah karena sebentar lagi akan datang musim hujan. Dia takut hujan yang disertai angin akan menimbulkan peristiwa yang tidak diinginkan.

Ketiadaan plafon itupun membuat ruang kelas langsung beratapkan asbes. Karenanya, selain bisa mengancam keselamatan siswa dan guru, kondisi itu juga membuat suasana belajar di dalam kelas menjadi tak nyaman.

Material asbes pada atap membuat ruang kelas menjadi terasa lebih panas.Para siswa dan guru kerap mengalami kegerahan, terutama di musim kemarau yang panjang seperti sekarang.

Selain pada plafon, kerusakan ruang kelas juga terlihat pada bagian dinding yang retak di sejumlah titik. Begitu pula dengan jendela kaca yang pecah di beberapa bagian.

Ada tiga ruang kelas di sekolah itu yang mengalami kondisi serupa. Selain ruang kelas tiga, kondisi serupa juga terjadi di ruang kelas satu dan empat. Ruang kelas satu itu ditempati secara bergantian dengan kelas dua.

Darnisem mengakui, sekolah tempatnya mengajar itu sudah didata untuk dilakukan perbaikan pada tahun ini. Dia berharap, perbaikan itu segera terealisasi.

Tak hanya SDN Sukamelang III, kerusakan juga terjadi di sejumlah SD lainnya di Kabupaten Indramayu. Namun, keterbatasan anggaran membuat perbaikan hanya bisa dilakukan secara bertahap.

"Di Indramayu ada 886 SD. Dari jumlah tersebut, sekitar 30 persen di antaranya mengalami kerusakan," ujar Kabid Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Indramayu, Malik Ibrahim, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (19/7) silam.

Terpisah, anggota DPRD Kabupaten Indramayu, Ruswa, saat dimintai tanggapannya mengenai kerusakan sekolah, mengaku prihatin. Pasalnya, salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar adalah tempat atau lingkungan yang nyaman.

"Kalau ruangan kelasnya rusak, sudah barang tentu akan mengganggu proses belajar mengajar," terang Ruswa.

Ruswa berharap, proses perbaikan terhadap kerusakan bangunan SD bisa dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan. Sedangkan untuk sumber dananya, jangan hanya mengandalkan bantuan dari APBN, tapi juga dari APBD.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement