Rabu 06 Nov 2019 18:55 WIB

Suara Muhammadiyah dan Kemenkominfo Berkolaborasi

Buya Syafii mengatakan jangan sampai ada ideologi dari luar yang merusak kebinekaan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah dengan menggelar dialog publik “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri” di Hotel Fox Harris Bandung, Rabu (6/11).
Foto: Istimewa
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah dengan menggelar dialog publik “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri” di Hotel Fox Harris Bandung, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) kembali berkolaborasi dengan Suara Muhammadiyah dengan menggelar dialog publik “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri” untuk membangkitkan semangat kebersamaan di tengah keberagaman bangsa, terutama pasca Pilpres 2019.

Staf Ahli Kemenkominfo RI Henri Subiakto yang hadir sebagai pembicara mengapresiasi Suara Muhammadiyah, sebagai representasi dari salah satu ormas islam terbesar di Indonesia yang turut berkolaborasi menyatukan keberagaman masyarakat Indonesia. Henri pun menyoroti komposisi Menteri dan wakil Menteri di Kabinet Indonesia Maju yang menurutnya sudah cukup mewakili keberagaman Indonesia.

“Di kabinet (Indonesia Maju), sudah cukup menggambarkan betapa besarnya keberagaman yang kita miliki. Ada Menteri dari Muhammadiyah, dari NU (Nahdatul Ulama), dari Indonesia Timur, Papua, Manado dan daerah Indonesia lain,” kata Henri di Hotel Fox Harris Bandung, dalam rilisnya, Rabu (6/11).

“Artinya Indonesia sudah mengakomodir keberagaman lewat perwakilan Menteri-menteri,” ujar dia.

Ia berharap, dengan begitu persatuan Indonesia ditengah keberagaman tetap terpelihara. Apalagi menurutnya sebagai bangsa yang besar, Indonesia sering dilanda cobaan terkait dengan isu keberagaman yang berpotensi memecah belah integrasi bangsa.

“Kita sering lupa mengakomodir keberagaman yang kita miliki, karena saking banyaknya suku dan agama di Indonesia. Kemarin di pertarungan Pilpres contohnya, hampir saja memecah belah kita sebagai bangsa. Inilah upaya kita, Suara Muhammadiyah dan Kominfo mencoba merekatkan kembali,” tegasnya.

Ia pun mengimbau agar bangsa Indonesia tidak cepat “baper” dengan situasi politik tanah air. Perpecahan warga hanya karena persoalan perbedaan pilihan politik hanya akan merugikan bangsa.

“Politik itu permainan elit, kita gak usah baper. Wong sekarang elitnya rangkul-rangkulan,” ujarnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif juga menegaskan tujuan dari kegiatan dialog publik ini adalah untuk memperkuat integrase nasional ditengah serbuan ideologi-ideologi dari luar, terutama dari negara-negara yang tengah mengalami perang saudara.

“Perbedaan itu dikelola agar bersatu. Bangsa ini (Indonesia) tengah berproses sehingga banyak masalah yang dihadapi. Jangan sampai ada ideologi dari luar merusak kebhinekaan kita,” kata Buya Syafii.

Sementara salah satu narasumber, Irfan Amalee yang merupakan penulis dan CoFounder PeaceGenID bicara tentang penanganan hoax. Menurutnya, setiap manusia mempunyai pemikiran yang berbeda. Berita-berita hoax akan menggiring pemikiran manusia untuk menpercayainya sehingga dapat memberikan pengaruh buruk.

Oleh karenanya ia meminta kepada seluruh masyarakat penggiat komunikasi publik untuk menandingi berita hoax dengan konten-konten positif agar berita hoax tersebut tidak bertambah luas tersebar.

Senada dengan Irfan, Direktur Harian Umum Republika Heri Ruslan mengakui di media online saat ini lebih banyak beredar berita hoax atau berita yang tidak benar yang berpengaruh buruk terhadap masyarakat.

"Di sinilah letak tugas media massa yang berfungsi sebagai filter penjernih agar berita hoax bisa terklarifikasi menjadi berita yang benar," kata Heri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement