Rabu 06 Nov 2019 16:43 WIB

Lulusan SMK Dominasi Pengangguran di Jawa Timur

Tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur pada Agustus 2019 tercatat 3,92 persen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nur Aini
Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran, ilustrasi
Foto: ANTARA
Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat, penurunan pengangguran terbuka. Lulusan SMK mendominasi jumlah pengangguran terbuka tersebut.

Jumlah angkatan kerja di wilayah tersebut pada Agustus 2019 sebanyak 21,50 juta orang. Artinya, ada peningkatan 199 ribu orang dibanding Agustus 2018. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 20,66 juta orang bekerja, sedangkan 0,84 juta sisanya menganggur.

Baca Juga

"Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 206 ribu orang dan penganggur berkurang sekitar 6,72 ribu orang," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, dikonfirmasi Rabu (6/11).

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, kata Teguh, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Jawa Timur juga meningkat. TPAK pada Agustus 2019 tercatat sebesar 69,45 persen, atau meningkat 0,07 persen poin dibanding setahun yang lalu.

"Kenaikan TPAK memberikan indikasi adanya kenaikan potensi ekonomi dari sisi pasokan tenaga kerja," ujar Teguh.

Berdasarkan jenis kelamin, kata Teguh, masih terdapat perbedaan mencolok antara TPAK laki-laki dan TPAK perempuan. Pada Agustus 2019, TPAK laki-laki sebesar 84,31 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 55,22 persen. Dibandingkan kondisi setahun lalu, TPAK laki-laki meningkat sebesar 0,36 persen poin, sedangkan TPAK perempuan justru menurun sebesar 0,21 persen poin.

Teguh menambahkan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur pada Agustus 2019 sebesar 3,92 persen. Artinya, mengalami penurunan 0,07 persen poin dibanding TPT Agustus 2018 sebesar 3,99 persen.

Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2019, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi di antara tingkat pendidikan lain. Yaitu sebesar 8,65 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,07 persen.

"Dengan kata lain, masih terjadi permasalahan titik temu antara tawaran tenaga kerja lulusan SMK/ SMA di Jawa Timur dengan tenaga kerja yang diminta di pasar kerja," ujar Teguh.

Sebaliknya, kata Teguh, TPT terendah terdapat pada pendidikan SD ke bawah sebesar 1,54 persen. Itu karena penduduk dengan pendidikan rendah cenderung menerima tawaran pekerjaan apa saja. Dibandingkan Agustus 2018, TPT lulusan SMA mengalami kenaikan sebesar 0,76 persen poin, sedangkan untuk tingkat pendidikan yang lain mengalami penurunan.

Dilihat dari daerah tempat tinggalnya, TPT di daerah perkotaan Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan TPT di daerah perdesaannya. Pada Agustus 2019, TPT perkotaan sebesar 4,60 persen, sedangkan TPT perdesaan sebesar 3,18 persen.

Meski TPT perkotaan konsisten lebih tinggi dibandingkan TPT perdesaan, dibandingkan setahun yang lalu TPT di daerah perkotaan Jawa Timur pada Agustus 2019 mengalami penurunan sebesar 0,04 persen poin. TPT perdesaan juga mengalami penurunan sebesar 0,13 persen poin.

Teguh mengungkapkan, penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur hingga Agustus 2019 masih didominasi oleh penduduk berpendidikan SD ke bawah sebanyak 9,25 juta orang atau 44,79 persen. Kemudian diikuti tamatan SMP sebanyak 3,78 juta orang atau 18,31 persen.

"Selanjutnya SMA sebanyak 3,07 juta orang atau 14,84 persen, dan SMK sebanyak 2,38 juta orang atau 11,54 persen. Penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) ada sebanyak 2,17 juta orang atau 10,51 persen, mencakup 0,37 juta orang pekerja berpendidikan Diploma dan 1,80 juta pekerja berpendidikan Universitas," kata Teguh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement