Rabu 06 Nov 2019 15:31 WIB

Indonesia Dinilai Pantas Pimpin Dunia Tekstil Tradisional

Eksistensi tekstil tradisional harus tetap didukung keberadaannya.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Berbagai kerajinan tekstil tradisional Indonesia yang sudah mendunia dan UMKM yang bergerak di bidang tekstil tradisional memamerkan produk tekstilnya dalam pameran yang digelar di Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel.
Foto: Silvy Dian Setiawan.
Berbagai kerajinan tekstil tradisional Indonesia yang sudah mendunia dan UMKM yang bergerak di bidang tekstil tradisional memamerkan produk tekstilnya dalam pameran yang digelar di Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Executive Vice President Divisi Layanan Dan Kontak Center PT BRI, Dedi Junaeni mengatakan, Indonesia pantas menjadi leader atau pemimpin dalam dunia pertekstilan tradisional. Sebab, Indonesia kaya akan aneka tekstil tradisionalnya.

Hal itu ia katakan karena setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tekstil tradisional masing-masing. Tentu, tidak semua negara khususnya di Asean yang memiliki tekstil tradisional seperti di Indonesia.

"Setiap daerah punya (ciri khas tekstil). Belum tentu Vietnam, misalnya punya setiap daerah, mungkin hanya punya satu. Kita mulai dari Aceh ada, Merauke ada, Jawa juga ada. Jadi kita lebih komplit," kata Dedi, di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta, Sleman, DIY.

Terlebih, melalui kegiatan Asean Traditional Textile Symposium yang digelar di DIY tersebut, akan lebih memperkenalkan tekstil Indonesia. Yang mana, hal itu merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. "Seharusnya lewat simposium itu seharusnya Indonesia menjadi ikon untuk Asean," ujar dia.

Untuk itu, eksistensi tekstil tradisional harus tetap didukung keberadaannya di Indonesia. Salah satunya melalui simposium ini. "Oleh karena itu sudah sewajarnya ini menjadi event yang harus kita dukung bagaimana ini menjadi harta kekayaan bangsa. Dan lewat event ini kita harapkan nama besarnya tekstil Indonesia menjadi lebih baik," tambahnya.

Dalam kegiatan ini, juga digelar pameran. Yang mana, diisi oleh berbagai perajin tekstil tradisional yang sudah menjajal dunia internasional. Bahkan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang tekstil juga dihadirkan dalam pameran.

Hadirnya UMKM juga sebagai upaya untuk mengenalkan produk dalam negeri di dunia internasional dalam rangka meningkatkan ekonomi pelaku UMKM. "Sekitar 50 UMKM yang ada. Kenapa UMKM? Karena ekonomi kita itu, UMKM yang menjadi fondasi. Mereka tulang punggung ekonomi Indonesia, dan (pameran) ini ruang lingkupnya," katanya.

Salah satu peserta pameran yakni produk yang bermerek Genthong Uma. Manager Genthong Uma, Fellix AM mengatakan, produknya terdiri dari batik dan tenun yang dibuat secara manual atau menggunakan tangan.

Fellix mengaku, produknya sudah didistribusikan hingga ke mancanegara. Bahkan, tidak hanya kawasan Asia, namun hingga ke Eropa. "Kita sudah sampai di ke Malaysia, Jerman, sama Korea. Ini sudah sekitar lima tahun kita berdiri," ujar dia.

Bergerak dalam dunia tekstil tradisional, ia tidak pernah pesimistis dalam menjalankan usahanya. Sebab, produk tekstil tradisional seperti batik dan tenun telah menjadi tren saat ini. Bahkan, tidak hanya di Indonesia. Tekstil tradisional Indonesia juga mampu menjangkau pasar internasional.

"Kita bisa mengangkat tekstil (saat ini) yang sudah tren dulunya, tapi sudah mau mati. Karena dalam dua, tiga tahun belakangan sudah tren lagi. Milenial sekarang pun juga tidak malu memakai batik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement