Oleh Haidir Fitra Siagian
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan Muktamar ke-48 Muhammadiyah akan diadakan di Solo, Jawa Tengah, pada awal Juli tahun depan. Selain memilih pengurus baru, Muktamar juga akan mengevaluasi program lima tahun ke belakang dan merumuskan program lima tahun ke depan.
Sudah lazim bagi warga Muhammadiyah yang tidak menjadi peserta, maka akan ikut sebagai penggembira. Sebagai penggembira tugas utamanya memang adalah untuk menggembirakan Muktamar, mengukur suasana dan menegaskan loyalitas berorganisasi. Jumlah penggembira jauh lebih banyak dari peserta. Bahkan bisa sampai sepuluh hingga dua puluh kali lipat.
Pada saat Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 di Makassar, jumlah peserta hanya kurang dari dua ribu orang. Sedangkan penggembira lebih dari sepuluh ribu orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari luar negeri.
Saat itu rombongan penggembira dari luar Sulawesi sedikit ada kendala transportasi. Hanya pesawat dan kapal laut yang jadwalnya terbatas. Pesawat dari Jawa ke Makassar semuanya penuh. Bahkan ada yang harus ke Malaysia dulu baru naik pesawat lagi ke Makassar. Berbeda halnya dengan di Pulau Jawa, bisa dengan bus. Makanya jumlah penggembira Muktamar nanti di Solo, diperkirakan akan jauh lebih banyak dari yang di Makassar.
Tidak sampai setahun lagi pelaksanaan Muktamar. Gegap-gempita warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia sudah mulai terasa. Terutama warga yang ingin sebagai penggembira. Dari berbagai daerah dilaporkan bahwa mereka sudah menabung sebagai persiapan menuju muktamar. Sedikit demi sedikit hingga mencukupi biaya transportasi dan konsumsi.
Tak perlu akomodasi, karena panitia lokal biasanya akan menyiapkan fasilitas menginap bagi seluruh penggembira yang mendaftar. Baik di perguruan Muhammadiyah, rumah warga atau gedung-gedung lainnya, disediakan secara percuma, tak perlu bayar. Sekali-kali malahan panitia atau warga lokal menyediakan sarapan ala kadarnya.
Saya sendiri sudah empat kali mengikuti Muktamar. Tiga kali sebagai “pengurus penggembira”, melayani ribuan warga Muhammadiyah dari Sulawesi Selatan, yakni Jakarta tahun 2000, Malang 2005, dan Yogyakarta tahun 2010. Kemudian tahun 2015 menjadi bagian dari panitia Muktamar di Makassar sebagai Ketua Bidang Kesekretariatan.
Baik sebagai pengurus penggembira maupun sebagai panitia, terlibat dalam Muktamar adalah memiliki kesan tersendiri. Ada perasaan gembira dan senang jika Muktamar berlangsung dengan baik, lancar dan sukses. Dengan harapan bahwa keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah semakin dapat memberi arti di negeri ini. Merawat NKRI dengan segala amal usahanya. Berada di garuda terdepan dalam mencerahkan umat bangsa dan negara.
Suka duka dalam perjalanan menuju Muktamar juga sangat asyik. Di atas kapal laut dari Makassar ke Jakarta atau ke Surabaya, penuh dengan kenangan. Bertemu dengan teman-teman sesama warga Muhammadiyah di atas kapal dengan tujuan yang sama. Berbagi makanan tradisional seperti buras, songkolo dan tape hitam. Ada juga yang membawa roti berre. Semua orang mengeluarkan makanan masing-masing. Disantap bersama setelah pengajian di surau kapal yang dibawakan Majelis Tabligh PWM Sulsel. Lalu jalan-jalan pagi ke anjungan menikmati tiupan angin laut sambil menyaksikan ikan terbang meloncat-loncat di depan kapal.
Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo diperkirakan akan menyedot jumlah penggembira yang sangat banyak. Dari Sulawesi Selatan saja bisa menjadi lima hingga sepuluh ribu orang. Sebab warga Muhammadiyah Sulawesi Selatan selain cukup loyal berorganisasi juga paling suka jalan-jalan atau rekreasi terutama ke Pulau Jawa. Banyak saudara atau familinya di sana. Atau mungkin juga sekalian menjenguk anaknya yang sekolah, santri atau kuliah di berbagai perguruan tinggi.
Demikian pula warga Muhammadiyah dari Sumatera Utara. Sudah mulai mempersiapkan diri. Menabung sedikit demi sedikit. Dari Medan ke Solo bisa naik pesawat ke Jakarta dulu, atau bandara terdekat. Lalu naik bus atau taxi ke Solo. Alternatif lain adalah naik bus atau kendaraan pribadi langsung dari Medan ke Solo, menyeberang Selat Sunda dari Bakauheni Lampung ke Merak Banten. Lama perjalanan bisa mencapai empat hari. Tergantung kondisi pak sopir, kelayakan jalan dan kendaraan.
Saya memiliki pengalaman naik bus dari Sipirok Tapanuli Selatan Sumatera Utara ke Solo tahun 1996. Saat itu saya akan ikut Muktamar Ikatan Remaja Muhammadiyah di Kampus UMS mewakili PW IRM Sulsel. Kebetulan saya sedang mudik lebaran ke Sipirok, kampung halamanku. Dari Sipirok seorang diri naik bus ALS sampai ke Jakarta. Ongkosnya kalau tidak salah sekitar Rp 150 Ribu.
Awalnya sopir bilang sampai ke Solo. Ternyata saya diturunkan di Jakarta dan dicarikan bus lain. Setelah menempuh perjalanan selama tiga hari empat malam, tiba di Solo sore hari setelah pembukaan Muktamar. Saya langsung bergabung dengan peserta Muktamar dari Sulsel seperti Ahmad Basri Haji Bakkang, Alfiah Firdaus, Baharuddin Andang, Syamsuddin, dan lain-lain. Dalam Muktamar inilah sahabatku Muhammad Izzul Muslimin terpilih sebagai Ketua PP IRM disamping saudaraku Iwan Setiawan sebagai sekretaris.
Mengikuti muktamar adalah penting bagi setiap warga Muhammadiyah. Jangan dipandang sebagai hura-hura. Ini adalah perjalanan ibadah, yang jika diresapi dengan tulus akan dapat mendekat diri kepada Sang Pencipta. Sebab, selain menambah berbagai wawasan kehidupan, menjalin silaturahmi antar sesama warga Muhammadiyah pun menyemarakkan dinamika organisasi. Itu semua adalah bagian dari ibadah kepada-Nya. Insya Allah. Ayo, bersiaplah.
Haidir Fitra Siagian, PhD, Dosen UIN Alauddin Makassar, tinggal di Gwynneville, Wollongong, New South Wales, Australia