REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, pesatnya perkembangan teknologi memunculkan automasi. Hal ini dinilai dapat mengurangi tenaga manusia yang digantikan melalui mesin atau kecerdasan buatan.
"Mohon melihat ini sebagai suatu kesempatan, karena mereka yang beradaptasi akan mendapatkan keuntungan, namun kelompok yang tidak bisa beradaptasi akan tertinggal, sehingga kesenjangan akan meningkat," kata Bambang, saat menjadi pembicara utama pada kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Depok, Senin (4/11).
Bambang mengungkapkan, pemerintah mendorong mahasiswa untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) sesuai perkembangan teknologi. Menurut dia, kunci untuk mengatasi masalah kesenjangan adalah peningkatan kualitas SDM.
Ia mengatakan, mahasiswa jangan hanya meletakkan usaha pada pertumbuhan produktivitas, tapi juga bagaimana produktivitas itu merata di seluruh Indonesia. "Artinya peningkatan sumber daya manusia atau human capital harus berada di atas ketika Anda menangani kesenjangan," kata dia.
Menurut dia, kemampuan dan kualitas dalam pengembangan human capital dapat menjadi kunci dalam mengurangi kesenjangan yang mungkin terjadi karena perkembangan teknologi.
Jadi, Bambang menuturkan mahasiswa jangan sampai meninggalkan perkembangan teknologi namun di satu sisi juga memperkaya diri dengan ilmu agar bisa beradaptasi dengan perkembangannya.