Senin 04 Nov 2019 04:45 WIB

33 Persen Karyawan Gojek adalah Perempuan

Ada 33 persen pekerja wanita di Gojek.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Muhammad Hafil
Gojek. Ilustrasi
Gojek. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- SVP Product Management Gojek, Dian Rosanti mengatakan, pelibatan perempuan di perusahaan Gojek sendiri secara keseluruhan memiliki angka yang cukup baik. Setidaknya ada sebanyak 33 persen perempuan yang terlibat dalam perusahaan teknologinya itu.

"Tapi sayangnya, di bagian produk dan bagian teknis sedikit lebih rendah. Hanya 20 persen yang merupakan perempuan," kata Dian di kantor Gojek, di Jakarta Selatan, akhir pekan lalu.

Baca Juga

Dian mengakui, sebagai perempuan terkadang merasa kurang percaya diri ketika memasuki sebuah ruangan rapat untuk berdiskusi. Alasannya menurut data, salah satunya adalah laki-laki lebih sering menginterupsi pendapat perempuan pada saat sesi diskusi. 

Oleh sebab itu, sebagai perempuan petinggi di perusahaan usaha rintisan yang tengah disorot dunia itu, dia lebih mendorong para rekan laki-laki untuk terus mengajak perempuan berpendapat dan berdiskusi, terlebih mengenai teknis maupun teknologi sendiri.

“Kami percaya bahwa dengan industri teknologi yang lebih beragam secara gender akan mendorong lebih banyak inovasi dan mengakselerasi pertumbuhan sebuah bisnis. Contohnya, di Gojek, banyak inovasi yang muncul di kami karena banyaknya perempuan yang mengisi berbagai posisi dari product manager hingga engineer," kata Dian. 

Selaras dengan pernyataan Dian terkait partisipasi perempuan di industri teknologi, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan budaya di Gojek membuat perempuan bisa berpartisipasi dalam banyak hal.

Mulai dari menciptakan ide baru hingga membuat keputusan strategis bagi perusahaan, didukung oleh fleksibilitas saat mereka bekerja. Platform Gojek juga membuka kesempatan bagi perempuan bisa mengakses sumber pendapatan baru melalui kemitraan. 

Dia juga mendorong rekan kerjanya yang perempuan, yang berada di level junior sampai dengan menengah untuk tak takut dalam berekspresi dan mengutarakan pendapat. Sebab, dalam bekerja sebenarnya tak seharusnya memandang gender atau berbagai latar belakang termasuk ras dan juga etnik.

"Saya sepakat selama perempuan memiliki kompetensi dan kemampuan, itulah yang dibawa ketika bekerja, dan tak masalah mengenai apapun gendernya," tutur dia. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement