Sabtu 02 Nov 2019 16:00 WIB

Era Baru Lebanon dan Keseimbangan Suni, Syiah, Maronit

Presiden Lebanon Michel Aoun ingin mengubah Lebanon yang sektarian jadi modern

Para pendukung Hizbullah berlari usai polisi menembakkan gas air mata di dekat kantor pemerintahan di Beirut, Lebanon, Selasa (29/10).
Foto:

Saat ini elite-elite Hizbullah mendominasi parlemen. Unjuk rasa di Lebanon meletus setelah pemerintah menerapkan pajak terhadap panggilan telepon Whatsapp dan layanan kirim pesan lainnya. Tuntutan demonstrasi langsung meluas ke berbagai isu ekonomi.

Pengunjuk rasa meminta pemerintah mundur dan membawa pejabat korup ke pengadilan. Lebanon didera tingginya angka pengangguran, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan salah satu negara yang memiliki utang terbesar di dunia. Menurut Kementerian Keuangan Lebanon pada kuartal pertama 2019 beban utang ini sudah mencapai 86,2 miliar dolar AS.

Setelah Hariri mengundurkan diri, Aoun mengatakan, ia akan tetap mempertahankan jabatannya. Hal itu akan dilakukan sampai pemerintahan baru terbentuk. Prancis yang pernah menjajah Lebanon dan dekat dengan Hariri juga mendukung pemerintah Lebanon segera membentuk pemerintahan yang baru.

Hizbullah meminta bank sentral Lebanon untuk mengambil langkah yang dapat menjamin situasi moneter yang di luar kendali. Bank-bank di Lebanon tutup selama dua pekan walaupun sudah dibuka kembali pada Jumat.

Asosiasi perbankan Lebanon mengatakan, bank-bank negara itu menyediakan kebutuhan mendesak dan dasar, seperti pembayaran gaji. Namun, mereka meminta nasabah untuk mempertimbangkan kepentingan negara, yaitu agar para nasabah tidak segera menarik deposito atau memindahkan aset ke luar negeri.

"Asosiasi berharap, semua nasabah bank memahami situasi saat ini dan merespons dengan positif untuk melayani kepentingan mereka dan kepentingan negara yang sedang dalam masa yang tidak biasa," kata Asosiasi Bank-Bank Lebanon dalam pernyataan mereka.

Sebelum Hariri mengundurkan diri, pemerintahannya memberikan daftar rencana reformasi. Tapi, hal itu gagal meredakan kemarahan pengunjuk rasa. Hariri yang berselisih dengan Hizbullah gagal menyakinkan donor luar negeri untuk melepaskan dana bantuan sebesar 11 miliar dolar AS yang mereka janjikan dalam konferensi Paris tahun lalu.

Unjuk rasa sempat mereda pada Rabu (30/10) lalu. Tapi, demonstran kembali turun ke jalan pada Kamis malam. Pengunjuk rasa menuntut agar pejabat pemerintah lain untuk turun dari jabatannya.

(reuters ed: yeyen)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement