Jumat 01 Nov 2019 23:50 WIB

Harga Mi Jadi Komoditas Penyumbang Inflasi DKI Jakarta

BPS DKI Jakrta menyebut harga komiditas mengalami kenaikan yang dorong inflasi

Pedagang mengemas minyak curah di ruko sembako Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Foto: Thoudy Badai
Pedagang mengemas minyak curah di ruko sembako Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (8/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat kenaikan harga mi yang masuk dalam kelompok makanan sebagai salah satu komoditas penyumbang inflasi di Jakarta selama Oktober 2019.

“Dari tujuh kelompok pengeluaran, kelompok makanan jadi penyumbang inflasi tertinggi sebesar 1,01 persen,” kata Kepala BPS DKI Jakarta Buyung Airlangga dihubungi di Jakarta, Jumat (1/11).

Baca Juga

Catatan BPS Jakarta, 10 barang dan jasa penyumbang inflasi yakni mi sebesar 0,066 persen, daging ayam ras 0,057 persen, nasi dengan lauk 0,041 persen, bahan bakar rumah tangga 0,020 persen, es sebesar 0,014 persen. Selanjutnya obat dengan resep dokter sebesar 0,012 persen, pecel sebesar 0,012 persen, soto sebesar 0,011 persen dan ikan mujair sebesar 0,010 persen.

Buyung mengatakan harga komoditas di Jakarta mengalami kenaikan yang menyebabkan inflasi sebesar 0,21 persen selama Oktober 2019. Untuk laju inflasi tahunan 2019 mencapai 2,73 persen dengan laju inflasi tahunan Oktober 2018 hingga Oktober 2019 mencapai 3,65 persen.

Dari 82 kota yang disurvei, sebanyak 42 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi adalah Kota Manado sebesar 1,22 persen dan Kota Pematang Siantar mengalami deflasi terendah 0,01 persen.“DKI Jakarta menempati urutan 14 dari seluruh kota yang mengalami inflasi,” ujar Buyung.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement