REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Peneliti Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta Dr Sujatmiko Setiawan mengatakan Meratus merupakan hamparan ofiolit tertua di Indonesia. Kawasan ini memiliki potensi cukup besar menjadi obyek penelitian bagi peneliti nasional maupun internasional.
Menurut Sujatmiko di Yogyakarta Kamis, Meratus adalah merupakan cerita tentang hamparan ofiolit tertua di Indonesia yang antara lain berada di Pulau Sebuku, Pulau Laut, dan seluruh jalur Pegunungan Meratus.
Berdasarkan atikel dari GeologiNesia ofiolit (Ophiolite) adalah kompleks batuan beku yang terdiri atas anggota basal, gabro, dan peridotit. Ofiolit diperkirakan sebagai suatu lembaran kerak samudera yang terdorong oleh obduksi kerak benua.
"Dapat dibayangkan bagaimana lembaran kerak samudera yang kini berubah membentuk Pegunungan Meratus yang sangat indah. Tentu bila potensi tersebut dikemas dengan baik, akan menarik wisatawan dari seluruh dunia," katanya.
Sujatmikooptimistis para peneliti dunia, akan datang untuk meneliti berbagai potensi sejarah dan menyaksikan keindahan perubahan alam yang membentuk intan dan dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-Asam, batu bara juga batuan tua yang berproses selama 200 tahun bahkan lebih.
Seluruh potensi tersebut, tambah dia, layak bila Geopark Pegunungan Meratus menjadi Geopark Internasional.
"Berbagai kelengkapan untuk bisa menjadi Geopark Internasional yang diakui UNESCOsudah siap, tinggal melengkapi beberapa persyararatan lainnya," katanya saat mendampingi Tim Pemprov Kalsel mengunjungi Geoprak Internasional Gunung Sewu Yogyakarta.
Menurut dia, beberapa persyaratan yang harus dilengkapi untuk menjadi geopark internasional antara lain, adanya petunujuk untuk menuju dari geosite ke geosite lainnya.
"Petunjuk arah seperti itu mungkin sederhana, tetapi itu sangat penting, untuk memudahkan pengunjung menuju ke lokasi yang dikehendaki," katanya.
Terkait dengan perkembangan upaya Pemprov Kalsel untuk menjadikanGeopark Meratus sebagai anggota UNESCOGlobal Geopark (UGC), pada akhir November 2019, Tim Kementerian ESDM akan ke Pegunungan Meratus untuk menilai usulan kelayakan Meratus sebagai Geopark Internasional.
Dari hasil kunjungan tim tersebut, akan diterbitkan sertifikat sebagai dasar Geopark Nasional Pegunungan Meratus menjaid anggota UGC.
Menurut Sujatmiko, hingga saat ini telah ada sekitar 67 geosite yang berada di beberapa titik lokasi Pegunungan Meratus. Titik-titik tersebut, yang akan kembali dimatangkan oleh tim untuk menjadi salah satu penilaian ditetapkanGeopark Nasional Pegunungan Meratus menjadi Geopark Internasional.
Saat ini, di Indonesia baru terdapat lima Geopark Internasional, yaituGeopark Batur di Bali, Geopark Gunung Sewu Yogyakarta, Geopark Rinjani, Cilitu dan Danau Toba. Diharapkan, selanjutnya Pegunungan Meratus.
"Dalam satu tahun, usulan dan penetapan UGC hanya bisa dua Geopark saja, diharapkan Meratus bisa masuk," katanya.
Menurut Sujatmiko, potensi wisata Geopark merupakan potensi yang menjanjikan. Terbukti untuk satu titik Geosite seperti di Gunung Sewu mampu menghasilkan PAD hingga Rp2 miliar.
Potensi tersebut, tambah dia, tentu akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di sekitar objek wisata.
"Makanya, ayo disukseskan upaya ini, dengan menyamakan keinginan hati, antara pemerintah dan masyarakat, untuk sama-sama membangun potensi wisata yang cukup menjanjikan ini," katanya.