Kamis 31 Oct 2019 17:15 WIB

Bahasa Daerah Lima Kampung di Jayapura Terancam Punah

Bahasa daerah di lima kampung di Jayapura, Papua disebut terancam punah.

Suasana Pelabuhan Jayapura, Kota Jayapura, Papua. Ilustrasi
Foto: Antara/Zabur Karuru
Suasana Pelabuhan Jayapura, Kota Jayapura, Papua. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Bahasa daerah di Kampung Tobati, Enggros, Kayu Pulau, Nafri, dan Kampung Skouwdi Kota Jayapura, Papua, disebut terancam punah. Penuturnya kini tinggal sedikit.

Pegawai Teknis Bidang Pengkajian Balai Bahasa Provinsi Papua Anton Moturbongs di Jayapura, Kamis, mengatakan bahwa Balai Bahasa bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jayapuratahun 2011-2012 melakukan riset mengenai penggunaan bahasa daerah diKampung Tobati, Enggros, Kayu Pulau, Nafri, dan Kampung Skouw.

Saat mendatangi kampung-kampung tersebut dan mewawancarai warganya,Anton mendapati penutur bahasa asli kampung tinggal sedikit.

"Penuturnya sedikit sekali dan bisa dihitung dengan jari, paling banyak itu lima sampai enam orang, itu pun mereka yang sudah berusia tua/lansia, sementara anak-anak sekolah atau anak-anak muda sudah tidak bisa lagi untuk berbahasa daerah," ujarnya.

Tanpa upaya khusus untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah tersebut, ia mengatakan, 30 tahun mendatang bahasa asli di Kampung Tobati, Enggros, Kayu Pulau, Nafri, dan Kampung Skouwsudah tidak digunakan lagi.

"Prediksi kami secara ilmiah 30 tahun bahasa daerah di lima kampung ini sudah tidak digunakan, tetapi kenyataan di lapangan bisa saja 10 sampai 15 tahun ke depan sudah punah," kata Anton.

Ia menjelaskan, penutur bahasa asli lima kampung tersebut makin menyusut akibat kawin campur antara penduduk asli dan pendatang, mobilitas penduduk yang makin tinggi, masuknya pengaruh dari luar kampung, dan warga kampung tidak lagi membiasakan anak-anak menggunakan bahasa daerah di rumah.

"Jadi, faktor orang tua tidak mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anaknya sangat tinggi. Pada intinya, karena bahasa Indonesia itu mudah dipahami di daerah-daerah lalu masuk sampai di pelosok-pelosok kampung yang ada di kota sehingga ada gengsi, anak-anak tidak lagi menggunakan bahasa daerah itu," ujarnya.

Guna melestarikan bahasa asli kampung di Kota Jayapura, ia mengimbau para orang tua mengajarkan dan membiasakan penggunaan bahasa daerah di rumah.

"Sapaan-sapaan ini harus digunakan, tiap hari kasi belajar untuk anak-anak ini supaya dengan sendirinya mereka bisa mengerti bahwa bahasa daerah itu amat penting," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement