Rabu 30 Oct 2019 02:20 WIB

Boeing akan Minta Maaf, YLKI: Tak Cukup

Pengguna pesawat Boeing menuntut perbaikan dan kejelasan perusahaan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Boeing 737 Max (Ilustrasi)
Foto: VOA
Boeing 737 Max (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai sikap produsen pesawat Amerika Serikat, Boeing yang bakal menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan perusahaan cukup tepat. Namun, peristiwa kecelakaan Lion Air bernomor penerbangan PK-LPQ JT610 dengan pesawat teranyar, Boeing 737 Max 8 itu bakal menjadi catatan besar dalam sejarah industri penerbangan.

Sekretaris Pengurus YLKI, Agus Suyatno mengatakan, permintaan maaf saja tidak cukup untuk menyelesaikan trauma keluarga dan maskapai. Sebab, seluruh dunia pengguna pesawat Boeing, terkhusus 737 Max 8 menuntut perbaikan dan kejelasan perusahaan.

Baca Juga

"Minta maaf bukan serta merta menghentikan apa yang harus menjadi kewajiban dari pihak Boeing sendiri. Artinya, Boeing juga perlu memberikan informasi secara komprehensif terhadap kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan," kata Agus kepada Republika.co.id, Selasa (29/10).

YLKI menilai, meskipun Boeing menyatakan bahwa 737 Max 8 layak terbang, pemerintah Indonesia tetap harus melakukan diskualifikasi terhadap pesawat tersebut. Sebelum ada investigasi yang detail oleh Boeing sendiri, jaminan keselamatan penerbangan tetap menjadi pertanyaan publik.

Setelah ada investigasi detail, Boeing baru dapat bisa menjamin dan meyakinkan kembali para penumpang bahwa 737 Max 8 aman digunakan. "Tanpa ada investigasi mendetail terhadap kelayakan meski sudah dinyatakan layak terbang, ya jelas belum layak terbang kembali," kata Agus.

Agus mengatakan, tugas utama Boeing sebagai satu dari dua produsen pesawat di dunia memang soal jaminan kelayakan terbang di kemudian hari. Sebab, kelayakan penerbangan bukan perkara sederhana karena menyangkut nyawa manusia. Investigasi detail oleh pihak Boeing juga dituntut dilaksanakan agar fasilitas dan fitur teknologi pesawat diketahui dengan jelas.

Lebih lanjut, soal keluarga yang ditinggalkan para penumpang yang menjadi korban, YLKI menilai Boeing tak bisa lepas tanggung jawab. Sebagai produsen pesawat, Boeing harus memastikan bahwa ahli waris yang ditinggal tidak ditelantarkan.

"Kenapa? karena dalam catatan YLKI, ketika terjadi kecelakaan mayoritas yang meninggal dunia adalah tulang punggung keluarga. Ini harus dipenuhi," kata dia.

Kepada pemerintah, YLKI meminta untuk memperketat sertifikasi pesawat agar peristiwa serupa tak kembali terjadi. Boeing 737 Max 8 yang merupakan generasi terbaru justru mengalami kecelakan fatal sangat mengejutkan dunia. Pemerintah dan maskapai juga harus terbuka kepada masyarakat untuk kembali mendapatkan kepercayaan konsumen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement