Rabu 30 Oct 2019 04:01 WIB

Nasib ISIS, Akankah Bubar Pascakematian Baghdadi?

Baghdadi sebagai pemimpin ISIS sebagian besar hanya bersifat simbolis.

Ani Nursalikah
Foto: dok. Pribadi
Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ani Nursalikah*

"Dia mati seperti anjing. Dia mati seperti pengecut." Kalimat keras itu mengalir dari Presiden AS Donald Trump. Dia menyampaikannya dengan percaya diri, khas Trump.

Bukan pertama kali ini Baghdadi dikabarkan tewas. Namun, berulangkali pula kabar itu dibantah.

Kabar kematian Baghdadi kali ini dikonfirmasi langsung oleh orang nomor satu di AS. Trump mengatakan Baghdadi tewas akibat meledakkan rompi bunuh dirinya setelah tersudut di terowongan buntu di Idlib, Suriah, Ahad (27/10). Trump mengatakan menangkap atau membunuh pemimpin ekstremis itu adalah prioritas utama pemerintahannya.

Untuk lebih meyakinkan, pasukan AS melakukan identifikasi dengan tes DNA. Hasil tes keluar dalam 15 menit dan hasilnya positif bahwa orang yang tewas adalah Baghdadi.

Nama al-Baghdadi mulai dikenal dunia pada 2014, setelah dirinya mendeklarasikan kekhalifahan di Irak dan Suriah. ISIS dan para simpatisannya telah melakukan banyak aksi kekerasan di sejumlah negara yang menewaskan ribuan orang.

 

Al-Baghdadi telah bersembunyi sejak lima tahun terakhir. April lalu, sebuah video yang dirilis sayap media ISIS, al-Furqan, memperlihatkan seorang pria yang disebut-sebut sebagai Baghdadi. Itu adalah kali pertama Baghdadi terlihat sejak Juli 2014, saat dirinya berbicara di sebuah masjid di Mosul, Irak.

Di hadapan wartawan di Diplomatic Room Gedung Putih, Trump menambahkan, dunia kini menjadi tempat yang lebih aman. Lebih aman karena bos besar ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah tewas.

Benarkah?

Alfian dalam karyanya Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia (1980) berpendapat ideologi merupakan pandangan atau sistem bilateral yang menyeluruh dan mendalam mengenai suatu cara hidup yang secara moral dianggap benar dan adil. Api ideologi adalah nilai yang melekat dan tidak mudah dipadamkan.

Hal yang sama juga terjadi pada kelompok militan ISIS. Ideologilah yang membuat organisasi itu tetap hidup meski sekarang terseok-seok.

Apalagi ditambah dengan konflik yang terus berkecamuk di Irak dan Suriah. Ketidakstabilan kawasan ini menjadi celah yang bisa membuat ISIS tetap hidup atau bahkan bangkit kembali.

Beberapa jam setelah Baghdadi dipastikan tewas, ISIS telah menunjuk penggantinya. Adalah Abdullah Qardash, yang kerap dieja Karshesh atau juga dikenal sebagai Hajji Abdullah al-Afari yang disebut kantor berita resmi ISIS, Amaq, menjalankan urusan Muslim di internal ISIS.

Menurut sumber yang tidak ingin disebutkan jati dirinya, mantan perwira militer Irak itu akan mengambil alih peran Baghdadi. Meski hanya ada sedikit sekali informasi mengenai Qardash, ia pernah bertugas saat masa kepemimpinan Saddam Hussein.

Di awal kejayaannya, ideologi ISIS bahkan menjadi magnet bagi orang-orang asing untuk datang ke Suriah dan bergabung. Ada yang meninggalkan semua hartanya, pekerjaan, dan membawa keluarganya pindah ke Suriah.

Kematian Baghdadi benar menjadi pukulan besar bagi ISIS, tetapi ideologi mereka tetap hidup, meski saat ini ISIS kehilangan pemimpin dan wilayahnya di Suriah. Para milisi dari berbagai negara, sebagian berhasil pulang ke kampung halamannya. Mereka tentu membawa serta ideologi yang telah ditanamkan organisasi tersebut. Melalui merekalah ideologi ISIS menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Jangan lupa juga, ISIS sangat lihai memanfaatkan media sosial dan internet untuk menyebarluaskan paham-pahamnya. ISIS mampu merekrut para pengikut baru melalui internet. Kelompok ISIS dan sekutunya terus aktif di berbagai negara.

Mereka mengklaim melakukan berbagai serangan setiap hari melalui saluran propaganda media daring. Ideologi lama digelorakan dengan gaya baru untuk menarik minat kelompok atau individu lain. Hal itu tentu mengundang simpatisan.

Ambil contoh sebuah peristiwa yang terjadi pada 2018. Seorang pria kelahiran Somalia membakar truk bermuatan tabung gas dan menusuk satu orang hingga tewas di Melbourne. Dia mengaku terilhami ISIS meski tidak memiliki hubungan dengan kelompok itu.

Masih segar juga dalam ingatan pertempuran sengit beberapa hari di Marawi, Filipina antara pasukan pemerintah dengan kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS pada 2017. Akibat serangan itu Presiden Rodrigo Duterte terpaksa menyatakan status darurat militer di Marawi. Peristiwa itu membuktikan ideologi ISIS bukan cuma ada di Timur Tengah. Ia sudah merasuk jauh hingga ke benua Asia.

ISIS mengklaim bertanggung jawab atas atau menginspirasi serangan di puluhan kota berbagai negara, termasuk Paris, Nice, Orlando, Manchester, London dan Berlin, Turki, Iran, Arab Saudi, dan Mesir. Associated Press melaporkan beberapa peristiwa besar di seluruh dunia yang diklaim oleh ISIS selama kurun waktu 2014 hingga 2019 mencapai 3.588 korban meninggal dunia.

Baghdadi hanya sebuah pion. Akan terus muncul Baghdadi lain selama ideologi ISIS masih hidup. Seperti laporan seorang agen intelijen regional, peran Baghdadi sebagai pemimpin ISIS sebagian besar hanya bersifat simbolis dalam beberapa tahun terakhir.

"Ia adalah tokoh simbolik. Dia tidak terlibat dalam operasi harian. Tugas Baghdadi hanyalah mengatakan iya atau tidak terkait berbagai rencana (ISIS)," kata agen tersebut.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement