Selasa 29 Oct 2019 17:58 WIB

Penyebaran DBD di Tasik Mulai Diantisipasi

Pemkot Tasik mulai antisipasi penyebaran virus demam berdarah dengue

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
 Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.
Foto: Reuters/ Paulo Whitaker
Nyamuk Aedes aegypti penyebab visrus zika.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya mulai mengantisipasi penyebaran virus demam berdarah dengue (DBD) jelang memasuki musim hujan. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mulai bergerak membuat progran Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih mengatakan, dalam program itu akan disiapkan kader juru pemantau jentik (jumantik) di setiap kelurahan. Mereka bertugas mengajak warga memberantas sarang nyamuk aedes aegypti di lingkungannya masing-masing, melalui program 3M plus.

"Kesadaran warga itu untuk melakukan 3M plus memang belum baik. Jadi melalui program jumantik itu, koordinator akan berkeliling ke setiap rumah. Dengan itu masyarakat lebih aware, jadi ke depan, tanpa disuruh mereka sudah paham," kata dia kepada Republika, Selasa (29/10).

Ia menjelaskan, untuk mengantisipasi kehadiran nyamuk aedes aegypti, masyarakat perlu sering menguras atau membersihkan empat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Sementara menutup rapat-rapat tempat penampungan. Terakhir, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

Sementara 3M Plus yang dimaksud adalah dengan menambahkan kegiatan di atas dengan menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk, kelambu saat tidur, dan nemelihara ikan pemangsa jentik nyamuk. Selain itu, masyarakat juga dianjurkan menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah.

Berdasarkan data dinas kesehatan, tercatat 621 kasus DBD di Kota Tasikmalaya sejak Januari hingga September 2019. Angka kasus tertinggi terjadi pada Juni-Juli 2019 atau saat peralihan dari musim hujan ke kemarau.

Dinas kesehatan tak mencatat adanya korban meninggal akibat DBD. Namun berdasarkan catatan Republika, setidaknya terdapat dua pasien DBD yang meninggal di Kota Tasikmalaya pada Januari 2019.

Sementara upaya yang dilakukan selain dengan program G1R1J, dinas kesehatan juga melakukan upaya penyemprotan sarang nyamuk (fogging). Hingga Juni, telah dilakukan 10 kali fogging di berbagai wilayah Kota Tasikmalaya.

Nining menyebut, angka fogging yang rendah itu disebabkan anggaran yang terbatas. Artinya, tak semua wilayah yang mengusulkan fogging dilayani oleh dinas kesehatan. "Kita lihat dan cek dulu sebelum di-fogging, karena anggaran terbatas. Kalau dipastikan wilayah endemik, baru kita lakukan," kata dia.

Karena itu, ia mengajak warga untuk selalu waspada dan membersihkan setiap tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Bahkan, menggantung pakaian pun tak bisa sembarangan lantaran dapat menjadi tempat singgah nyamuk.

Nining juga mengingatkan, gejala DBD saat ini juga lebih sulit untuk dilihat. "Kalau dulu kan ada bintik merah di kulit, kalau sekarang tidak harus. Pokoknya kalau demam langsung saja periksa," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement