Selasa 29 Oct 2019 14:27 WIB

Musim Kemarau Diperkirakan Pengaruhi Produksi Pangan Jateng

Ganjar akan hitung ulang produksi pangan. Kalau kurang, akan impor atau diversifikasi

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Esthi Maharani
Petani berjalan dipematang sawah tanaman padi yang dilanda kekeringan
Foto: Antara/Jojon
Petani berjalan dipematang sawah tanaman padi yang dilanda kekeringan

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Musim kemarau panjang yang berlangsung tahun 2019 ini, diperkirakan akan mempengaruhi produksi pangan di Jateng. Meski demikian, Gubernur Ganjar Pranowo mengaku pada saatnya akan dihitung ulang apakah produksi pangan masih mencukupi atau tidak.

''Nanti, pada akhirnya akan kita hitung. Kalau (produksi pangan) memang kurang, maka kita impor. Atau (kita galakkan) diversifikasi pangan. Prinsipnya, rakyat tidak boleh lapar,'' katanya di Purwokerto, Selasa (29/10).

Meski demikian Ganjar tetap optimistis, produksi pangan di Jateng masih akan dapat menjaga ketahanan pangannya secara mandiri. ''Semuanya, masih prediktable (masih dalam perkiraan),'' katanya.

Dia mengakui, kemarau yang berlangsung cukup panjang memang akan menyebabkan cukup banyak lahan pertanian yang mengalami keterlambatan musim tanam. Namun dia menyebutkan, tidak semua lahan mengalami keterlambatan.

''Di daerah sini (Banyumas dan Cilacap), saluran irigasi teknis yang berasal dari Sungai Serayu juga sudah mengalir,'' katanya. Dengan demikian, petani yang sawahnya diairi saluran irigasi tersebut tetap bisa menanam sesuai jadwal.

Demikian juga mengenai dampak kekeringan berupa kesulitan air bersih yang dialami sebagian warga, Ganjar menyebutkan, seluruh pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota, sudah mengalokasikan anggaran untuk membantu warga yang kesulitan air bersih.

''Soal anggaran (bantuan air bersih), saya kira tidak ada masalah. Banyak. Sebelum kemarau berlangsung, kita sudah siapkan anggaran kok,'' jelasnya.

Menurut Ganjar, tinggal bagaimana kepala desanya. Kalau memang warga desanya membutuhkan bantuan air bersih, tinggal ajukan permohonan ke kabupaten. ''Kalau tidak, di pemerintah provinsi juga bisa,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, pemerintah Provinsi sudah berupaya agar melalui berbagai cara agar hujan bisa segera turun. Baik melalui upaya spiritual seperti menggelar doa bersama memohon hujan, atau melakukan proses hujan buatan.

''Kita sudah berbicara dengan LIPI mengenai kemungkinan dilakukannya hujan buatan. Dalam percobaan di Jabar, Jateng dan Jatim, sudah berhasil dibuat hujan buatan,'' katanya.

Sedangkan mengenai kejadian kebakaran hutan, Ganjar mengaku, kondisi hutan  yang kering menyebabkan lahan hutan menjadi lebih mudah terbakar. ''Kondisi ini sulit dihindari. Resiko seperti itu pasti ada. Jadi kalau ada hutan terbakar, ya kita padamkan,'' katanya.

Meski demikian, dia meminta agar masyarakat juga sadar bahwa kondisi kering seperti sekarang akan memudahkan terjadinya musibah kebakaran. ''Tinggal bagaimana kita memberikan pemahaman pada warga agar tidak melakukan tindakan yang menimbulkan resiko kebakaran,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement