Senin 28 Oct 2019 14:11 WIB

Perekonomian di Jokowi Jilid II, Optimistis atau Pesimistis?

Prospek perekonomian Indonesia secara fundamental akan makin membaik.

Imam Sugema
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Imam Sugema

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Sugema

Terlepas dari pro dan kontra tentang komposisi Kabinet Indonesia Maju yang baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo, prospek perekonomian Indonesia secara fundamental akan makin membaik. Selama pemerintah tidak melakukan hal-hal yang sangat ceroboh, pertumbuhan ekonomi akan makin menanjak, inflasi tetap terkendali, kesempatan kerja makin terbuka lebar, investasi akan makin mengalir, dan pemerataan antarwilayah akan makin tampak.

Baca Juga

Gambaran itu mulai tertangkap dengan business cycle analysis, di mana komponen siklis sedang berada di atas pertumbuhan potensial. Artinya apa? Ekonomi Indonesia sedang menanjak dan itu lebih didorong oleh faktor-faktor internal.

Seperti halnya negara-negara besar lainnya, kemajuan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang selalu ditentukan oleh kemampuan pemerintah dan warganya dalam mengelola potensi internal. Tentu kita tidak bisa mengesampingkan faktor eksternal seperti gonjang-ganjing yang diciptakan oleh Trump dan merosotnya pertumbuhan negeri Tiongkok.

Namun, hal-hal seperti itu hanya akan sangat terasa oleh negara kecil seperti Singapura atau negara besar yang fundamental ekonominya sedang melemah. Bersyukur, fundamental internal Indonesia sedang menanjak.

photo
Persiapan foto Kabinet Kerja 2 Jokowi - Maruf
Selama lima tahun terakhir, pemerintah sibuk mempersiapkan fondasi perekonomian supaya tumbuh lebih cepat dan merata. Dampak jangka pendeknya memang belum terasa sampai sekitar dua tahun ke depan. Mulai 2022 mungkin baru akan terlihat secara masif efek dari pembangunan infrastruktur dan pemerataan pembangunan.

Kalau kecepatan pembangunan infrastruktur bisa kita replikasi ke sektor-sektor lainnya, kemajuan ekonomi Indonesia akan makin solid. Ada lima hal yang perlu direvolusi, yakni birokrasi, pendidikan, kesehatan, energi, dan kapasitas pemerintah daerah.

Jika hal Ini bisa dilakukan, dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan Indonesia akan muncul sebagai negara industri baru. Logikanya sederhana saja, pembangunan infrastruktur yang masif akan memiliki dampak positif yang maksimal jika ditopang oleh birokrasi yang efektif, sumber daya manusia yang mencukupi secara kuantitas maupun kualitas, energi yang murah dan ramah lingkungan, serta pemerintah daerah yang responsif terhadap dunia usaha.

Infrastruktur fisik selama ini merupakan bidang yang sangat kelihatan prestasinya dalam lima tahun terakhir dan tampaknya akan makin diakselerasi. Saya tidak akan memberikan penilaian apakah anggota kabinet yang baru akan mampu mencetak rekor baru dalam pembangunan di kelima bidang tersebut. Ini merupakan jenis revolusi yang tak kasat mata dan hanya bisa dirasakan hasilnya kalau sudah terjadi, dengan pengecualian di bidang energi tentunya.

photo
Menteri Tim Ekonomi Kabinet Indonesia Maju.
Kembali prospek ekonomi; walaupun seandainya laju pembangunan di kelima bidang tersebut masih seperti sekarang, kinerja perekonomian lima tahun ke depan secara fundamental masih akan lebih baik dibanding lima tahun ke belakang. Efek pembangunan infrastruktur yang masih berjalan akan mulai terasa.

Dengan makin luas dan meratanya infrastruktur transportasi, pergerakan barang dan orang akan makin efisien dan murah. Inflasi akan makin terjaga. Destinasi wisata lokal akan makin mudah dikunjungi. Produk pertanian dari desa akan membanjiri kota.

 
Sebaliknya, produk manufaktur dari kota akan makin tersedia di desa. Industrialisasi akan makin menyebar ke kota-kota kecil. Selama ini, manufaktur terkonsentrasi di kota besar dan wilayah sekitarnya.

Waduk dan bendungan akan menjamin ketersediaan air untuk pertanian, keperluan rumah tangga, maupun energi listrik. Lahan pertanian yang tadinya tidak bisa dimanfaatkan selama musim kering kini sudah bisa produktif.

Ketersediaan listrik sampai pelosok tidak hanya membuat desa menjadi terang benderang. Terlebih penting lagi adalah terciptanya kesempatan usaha baru akibat efek dari bertambah panjangnya office hour di desa. Waktu produktif penduduk desa makin banyak.

Karena itu, hampir tidak ada alasan untuk kita pesimistis tentang lima tahun ke depan. Apa yang tercapai dalam lima tahun terakhir akan kita tuai buahnya tidak lama lagi. Namun, yang justru menjadi harap-harap cemas adalah apakah kecepatan pembangunan di bidang nonfisik akan mampu mengikuti kecepatan pembangunan fisik.

Pembangunan manusia memang dijanjikan akan menjadi fokus dalam lima tahun ke depan. Namun, kita belum begitu pasti tentang apa yang sebenarnya akan dilakukan.

Barangkali untuk menambah optimisme, kita harap ada gebrakan yang sangat nyata dalam seratus hari pertama para menteri bekerja. Terutama sekali gebrakan itu adalah di bidang energi, pendidikan, kesehatan, birokrasi, dan kapasitas pemerintah daerah. Semoga bukan harap-harap cemas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement