Ahad 27 Oct 2019 17:42 WIB

Petugas Masih Berusaha Padamkan Api di Kawasan Desa Dano

Petugas mengatisipasi api tidak kembali menjalar ke kawasan cagar alam Gunung Guntur.

Rep: Bayu Adji/ Red: Yudha Manggala P Putra
Proses pemadaman kebakaran di Gunung Guntur, Kabupaten Garut.
Foto: Dok Seksi Konservasi Wilayah V, BBKSDA Jabar.
Proses pemadaman kebakaran di Gunung Guntur, Kabupaten Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Petugas masih berusaha memadamkan api di kawasan Perhutani di Desa Dano, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, hingga Ahad (27/10) sekitar pukul 16.00 WIB. Api diupayakan tidak kembali menjalar ke kawasan Taman Wisata Alam dan cagar alam Gunung Guntur.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Garut, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Barat (Jabar), Dodi Arisandi mengatakan, kebakaran yang terjadi di kawasan wisata dan cagar alam telah padam sejak Jumat (25/10) sekitar pukul 17.00 WIB.

Baca Juga

Dodi menjelaskan, api yang membakar Gunung Guntur itu awalnya berasal dari lahan warga di Gunung Putri pada Kamis (24/10). Api kemudian merambat ke lahan milik Perhutani dan membakar kawasan Gunung Guntur di dekat jalur pendakian pos 3 atau blok Citiis pada Jumat.

Api di tempat itu telah berhasil dipadamkan pada Jumat sore. Namun, api di lahan milik Perhutani di Desa Dano, Kecamatan Leles masih menyala. "Kami juga tim sebagian melakukan pemadaman," kata dia.

Sementara ini, Dodi mengatakan, pihaknya masih akan menunggu hasil pendataan tim di lapangan selama satu atau dua hari untuk menentukan luas kebakaran di kawasan wisata dan cagar alam Gunung Guntur. "Teman-teman sedang naik ke atas untuk mengukur luasan vegetasi yang terbakar," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (27/10).

Berdasarkan hasil pemantauan petugas di lapangan, lahan vegetasi yang terbakar berupa pohon pinus merkusi, kaliandra, dan alang-alang. Namun, tim masih terus memastikan jenis tanaman dan luasan lahan yang terbakar.

Sementara untuk jalur pendakian masih ditutup hingga waktu yang tidak ditentukan. "Kita akan lihat kondisi terakhir, kalau anggap aman baru kita pertimbangkan untuk membuka kembali," kata dia.

Akibat kejadian ini, Dodi menegaskan, pihaknya akan terus meningkatkan patroli lapangan untuk mengantisipasi kebakaran terjadi kembali. Apalagi, musim hujan diprediksi akan datang terlambat.

Menurut dia, sejak awal, pihaknya telah membentuk tim untuk penanggulangan kebakaran lahan. Ketika terlihat asap, tim itu langsung turun ke lokasi untuk melakukan penanggulangan.

Dodi mengatakan, selama ini petugas yang memadamkan api di lapangan hanya terdiri dari petugas konservasi, TNI, dibantu oleh masyarakat sekitar. Ia meminta pemerintah daerah juga ikut melakukan penanggulangan ketika terjadi kebakaran. "Yang lain belum ada yang bergerak," kata dia.

Ketua Dewan Daerah Walhi Jabar, Dedi Kurniawan mengatakan, maraknya kebakaran saat ini terjadi di banyak hutan wilayah Jabar, hampir pasti disebabkan ulah manusia. Di sisi lain, lanjut dia, seolah terjadi pembiaran dari pemerintah daerah.

Pasalnya kebakaran hutan bukanlah hal yang baru, tapi selalu terjadi setiap tahunnya. Bahkan, ia mengklaim kebakaran hutan saat ini jauh meningkat jumlahnya dibanding tahun sebelumnya.

Ia mengatakan, pemerintah daerah seharusnya dapat mengantisipasi terjadinya kebakaran, terutama di kawasan gunung. Misalnya, dengan menginstruksikan pengelola untuk menutup kawasan saat musim kemarau. "Tapi itu tidak dilakukan," kata dia.

Dedi berharap, ke depan pengawasan segala aktivitas di kawasan gunung, khususnya cagar alam, dan di sekitarnya dapat lebih ditingkatkan. "Karena ini kan jelas faktornya manusia. Artinya, masih ada celah dalam pengawasan," kata dia.

Menurut dia, tugas pengawasan tak bisa hanya dibebankan kepada pengelola kawasan, dalam hal ini Balai Besar KSDA Jabar atau Perhutani. Lebih dari itu, harus ada peran pemerintah daerah, dengan memberikan sosialisasi pada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar saat musim kemarau misalnya.

"Jadi bukan hanya menanggulangi saat kejadian, tapi juga pencegahan," kata lelaki yang menjabat sebagai Ketua Badan Pembina Forum Komunikasi Kader Konservasi Jabar itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement