Sabtu 26 Oct 2019 06:55 WIB

Kopi Robusta di Pangandaran Siap Dikembangkan

Pemkab Pangandaran jalin kerja sama dengan BI untuk kembangkan kopi robusta

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petani memanen biji kopi robusta (ilustrasi)
Foto: Antara/Syaiful Arif
Petani memanen biji kopi robusta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran siap menjalin kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) untuk mengembangkan kopi jenis robusta di wilayahnya. Kualitas kopi yang ada di Pangandaran dinilai tak kalah dari daerah lainnya, bahkan luar negeri.

Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, pemkab akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan komoditas itu. Menurut dia, potensi kopi robusta Pangandaran untuk dikembangkan sangat terbuka.

Alasannya terdapat lahan luas di wilayahnya untuk ditanami kopi. Selain itu, terdapat pula lahan hutan jati milik Perhutani di Pangandaran. Artinya, warga dapat menanam kopi di sela-sela pohon jati milik Perhutani. 

"Jadi rakyat menjaga hutan nggak hanya nonkrongin hutan, tapi budidaya kopi. Perhutani jalan, kopi jalan juga. Jadi orang tidak mencuri kayu jati tapi panen kopi," kata dia, Jumat (25/10) malam.

Pemkab juga siap membangun kedai-kedai kopi yang nyaman untuk wisatawan menikmatinya. Dengan begitu, banyak orang yang akan mencari kopi di Pangandaran. Apalagi, kunjungan wisatawan ke wilayah itu terus meningkat setiap tahunnya.

Jeje menyebutkan, pada 2018 terdapat 4 juta wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pangandaran. Jika 20 persen dari total wisatawan itu menyeruput segelas kopi yang dibanderol Rp 10 ribu, jumlah pemasukan dari kedai kopi dapat mencapai Rp 8 miliar per tahun.

"Secara ekonomi itu sangat luar biasa. Kalau potensi yang sudah ada ini dikembangkan, tentu akan meningkatkan ekonomi yang luar biasa," kata dia.

Selain itu, Jeje juga mendukung rencana Bank Indonesia (BI) untuk ikut mengembangkan kopi robusta Pangandaran menjadi komoditas ekspor. Ia mengatakan, pemkab siap juga untuk melakukan pembinaan kepada para pelaku komoditas kopi, sementara BI akan membantu teknisnya.

Kepala Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya, Heru Saptaji menilai, saat ini potensi permintaan kopi di pasar dunia masih sangat besar. Dari sekitar 75 persen permintaan kopi dunia, Indonesia baru dapat memenuhi 25 persen. Artinya, peluang untuk mengekspor kopi masih terbuka lebar.

Ia menambahkan, beberapa negara tujuan ekspor kopi seperti Amerika Serikat dan Jerman, setiap tahun selalu meningkat permintaannya. "Potensi komoditas ini sangat besar, sehingga tugas kita untuk kembangkan komoditas ini menjadi primadona di Indonesia," kata dia.

Berdasarkan data BI, di Priangan Timur, Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran, termasuk 10 besar kabupaten/kota dengan produksi kopi tertinggi di Jabar. Sementara permintaan kopi juga dinilai terus meningkat. 

Heru mengatakan, Kantor Perwakilan BI Tasikmalaya saat ini telah kembangkan klaster kopi Cigalontang di Kabupaten. Dalam waktu dekat, ia juga akan mengembangkan klaster kopi robusta di Pangandaran. 

Menurut dia, salah satu keunggukan Pangandaran adalah telah dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata. Sementara komoditas kopi dinilai melekat dengan indstri pariwisata. Artinya, ke depan wisatawan yang datang ke Pangandarab dapat menikmati keindahan alam, sekaligus menyeruput nikmatnya kopi di Pangandaran.

Dalam klaster itu, pelaku usaha kopi akan diberikan pendampingan mulai sejak awal budidaya, pemeliharaan tanaman, pascapanen, hingga pemasaran atau hilirisasi. Pasalnya, pengelolaan mulai dari budidaya hingga pemasaran akan sangat menentukan harga jual kopi. "Itu akan meningkatkan nilai tambah. Jadi masyarakat bisa merasakan dampaknya langsung," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement