Jumat 25 Oct 2019 17:54 WIB

BRT Trans Jateng Koridor Semarang-Kendal Segera ‘Mengaspal’

Moda transportasi aglomerasi ini bakal memberikan tarif yang sangat murah.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah petugas berjalan di depan armada bus rapid transit (BRT) Aglomerasi Trans Jateng seusai diluncurkan di Terminal Bus Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/7).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Sejumlah petugas berjalan di depan armada bus rapid transit (BRT) Aglomerasi Trans Jateng seusai diluncurkan di Terminal Bus Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Jawa Tengah segera meluncurkan angkutan aglomerasi (Bus Rapid Transit/BRT Trans Jateng) antar wilayah koridor ketiga. Koridor ini bakal melengkapi dua koridor BRT Trans Jateng yang sudah terlebih dahulu beroperasi.

“Dalam waktu dekat, koridor baru BRT Trans Jateng rute Semarang-Kendal yang melayani rute Terminal Mangkang, Semarang ke Terminal Bahurekso, Kendal bakal diluncurkan,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jateng, Satriyo Hidayat, di Semarang.

Menurut Satriyo, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terus berupaya mengembangkan angkutan aglomerasi yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya. Sebab permintaan masyarakat akan moda transportasi massal yang murah dan nyaman terus meningkat.

Saat ini, Pemprov Jawa Tengah telah memiliki BRT Trans Jateng sebagai aglomerasi angkutan massal antar wilayah. Masing-masing BRT Trans Jateng koridor Semarang-Bawen dan koridor Purwokerto-Purbalingga.

Dalam waktu dekat, BRT Trans Jateng koridor ketiga, Semarang-Kendal, bakal beroperasi dan bisa dinikmati oleh masyarakat. “Peluncuran koridor baru (Semarang- Kendal) ini akan dilaksanakan pada 28 Oktober 2019 mendatang,” kata Satriyo.

Ia mengungkapkan, sebanyak 14 unit armada BRT Trans Jateng disiapkan untuk melayani rute baru Semarang-Kendal ini. Ke depan, pemprov akan terus mengembangkan angkutan feeder ke Kawasan Industri Kendal.

Bahkan pada 2020 nanti, lanjutnya, pemprov juga menargetkan sudah bisa membuka dan mengoperasionalkan koridor baru BRT Trans Jateng, untuk melayani kawasan aglomerasi Purwomanggung atau (Purworejo, Wonosobo, Magelang, dan Temanggung).

Demikian halnya dengan BRT Trans Jateng untuk wilayah aglomerasi Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).

Selain untuk perpindahan manusia, pengembangan koridor BRT Trans Jateng di wilayah Purwomanggung dan Subosukawonosraten diharapkan juga dapat meningkatkan pengembangan pariwisata di kawasan Borobudur.

“Dengan adanya transportasi massal yang terkoneksi, maka kunjungan ke sejumlah destinasi wisata di kawasan Borobudur akan meningkat karena kemudahan akses transportasinya,” tegas Satriyo.

Ia juga menyampaikan, terkait rencana pembukaan koridor Purwomanggung dan Subosukawonosraten saat ini sudah dilakukan sosialisasi kepada operator eksisting, stakeholders, dan masyarakat calon pengguna angkutan massal tersebut.

Proyek pengembangan angkutan aglomerasi di Jawa Tengah diharapkan juga akan mampu mengurangi kemacetan serta tingkat kecelakaan di jalan akibat tinggginya penggunaan kendaraan pribadi.

“Yang tak kalah penting, pemanfaatan BRT Trans Jateng ini juga akan mampu mengurangi beban biaya transportasi bagi para pekerja (buruh), pelajar, veteran, hingga masyarakat umum,” jelasnya.

Moda transportasi aglomerasi ini bakal memberikan tarif yang sangat murah dan terjangkau oleh masyarakat, yakni Rp 2.000 untuk pelajar, veteran, dan buruh, serta Rp 4.000 untuk masyarakat umum.

Hal ini dimaksudkan agar bisa menjadi salah satu triger terhadap daya beli masyarakat atas penghematan biaya transportasi yang dikeluarkan. "Dengan begitu, diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Lebih lanjut Satriyo mengatakan, minat masyarakat terhadap moda transportasi umum berbiaya murah saat ini sangat tinggi. Di dua koridor BRT Trans Jateng yang telah beroperasi, jumlah penumpang terus mengalami peningkatan.

Untuk koridor Semarang-Bawen misalnya, setiap hari rata-rata ada 5.700 penumpang yang menggunakan moda tranportasi umum itu. Sementara di koridor Purwokerto-Purbalingga, rata-rata mencapai sebanyak 3.360 orang penumpang per hari.

Bahkan di koridor Purwokerto-Purbalingga, masyarakat meminta agar Pemprov Jawa tengah menambah koridor baru. Namun demi pemerataan, keinginan masyarakat tersebut belum dapat dilakukan.

Tingginya minat masyarakat menggunakan BRT Trans Jateng juga memberikan dampak pada peningkatan pendapatan. “Pada September 2019, pendapatan dari dua koridor tersebut sebesar Rp 8,047 miliar,” jelas Satriyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement