REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan Lahan Pertanian dan Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kabupaten Sleman terdampak pembangunan Tol Yogya-Solo-Bawen. Jumlahnya mencapai 35,48 hektare.
Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang DIY, Krido Suprayitno mengatakan, untuk Yogya-Solo sendiri ada 8,64 hektare LP2B yang terdampak. Sementara, untuk Yogya-Bawen ada 26,84 hektare LP2B terdampak.
Dengan begitu, LP2B yang terdampak akan dicarikan pengganti lahannya. Hal ini merupakan tugas Pemkab Sleman untuk mencari pengganti lahan tersebut.
"Berkaitan dengan lokasi LP2B tadi maka Kabupaten Sleman punya kewajiban mengganti dan mencari lokasi baru sejumlah yang kami sebutkan tadi," ujarnya.
Ia menjelaskan, penggantian LP2B ini harus dicarikan penggantinya di sekitar desa yang sama. "Kalau tidak ada (cari) di kecamatan lain. Tapi tidak boleh cari pengganti di luar kabupaten," jelasnya.
Pembangunan Tol Yogya-Solo-Bawen ini akan menjadikan DIY sebagai jalur segitiga emas. Selain itu, juga melewati Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY).
"Dimana sebagian KPY terlewati jalan tol terutama Kecamatan Depok, Mlati, dan sebagian Kecamatan Gamping. Ini (pembangunan jalan tol) akan berpengaruh pada perkembangan KPY. Ada juga kawasan aglomerasi Yogya yang mengalami pertumbuhan cepat yaitu meliputi Kecamatan Ngemplak, Berbah, Prambanan," tambahnya.
Rencana pembangunan Tol Yogya-Solo-Bawen, lanjutnya, juga telah mempertimbangkan aspek cagar budaya. Yang mana, pembangunan ini tidak akan melewati jalur yang terdapat cagar budaya.
"Sesuia arahan gubernur, (pembangunan) menjauh dari lokasi cagar budaya. Jauh dari situs-situs candi, situs-situs purbakala," katanya.