Kamis 24 Oct 2019 16:05 WIB

Risma Kembali Gelar Sekolah Kebangsaan

Sekolah Kebangsaan tersebut diikuti sekitar 2.640 pelajar tingkat SD dan SMP

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini jadi guru di sekolah kebangsaan
Foto: Dok Pemkot Surabaya
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini jadi guru di sekolah kebangsaan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar Sekolah Kebangsaan di Taman Sejarah, Jalan Rajawali, Surabaya, Kamis (24/10). Sekolah Kebangsaan tersebut diikuti sekitar 2.640 pelajar tingkat SD dan SMP se-Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam materinya menyampaikan terkait perjuangan para pahlawan.

Risma mengisahkan, dahulu para pejuang tidak gentar menghadapi perang, meskipun dengan senjata seadanya. Semua itu, kata dia, dilakukan lantaran ingin generasi penerusnya hidup lebih sejahtera, tidak lagi dijajah, dan dapat bersekolah dengan baik.

“Oleh sebab itu, pahlawan kita sudah berani mempertaruhkan nyawanya untuk kalian (anak cucunya). Jadi sudah selayaknya kita semua harus melanjutkan perjuangan mereka dengan baik,” ujar Risma.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan, untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan, dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya yakni dengan cara belajar yang rajin. Bisa juga dengan mencatatkan prestasi dan menekuni berbagai kegiatan postif.

“Jadi jangan buang kesempatan. Bisa bersekolah, bisa makan sehat, dan sudah mendapat nikmat yang luar biasa. Apa yang kalian suka kerjakan dengan sungguh, misalnya belajar ilmu sejarah biar besok jadi sejarawan yang hebat,” ujar Risma.

Risma kemudoan berpesan kepada para pelajar agar tidak melakukan adu kekerasan, atau berkelahi sesama teman. Sebab menurutnya, pertempuran generasi saat ini bukan lagi perang seperti zaman nenek moyang. Namun pertempuran saat ini yang harus dilakukan adalah menjadi orang yang sukses dan dapat bersaing tingkat dunia.

“Kalian harus bisa sukses. Sudah tidak zaman berantem apalagi sesama teman. Harus bisa bersaing dengan anak-anak di seluruh dunia,” kata Risma.

Risma berharap agar anak-anak tidak saling melakukan bullying satu sama lain. Sebab menurutnya, saat membully orang lain, sebenarnya itu sedang membully diri sendiri. Selain itu perbuatan bullying merupakan sikap yang dapat memecah belah bangsa.

“Kita harus pandai mengelola diri, jangan pernah merasa paling pintar, dan jangan harap kalian akan berhasil kalau suka mengolok-olok teman. Ingat para pahlawan bisa mengalahkan penjajah karena kekompakannya,” ujar Risma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement