Rabu 23 Oct 2019 11:11 WIB

Rekor, Suhu di Ciayumajakuning Capai 39 Celcius

Suhu tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas PLN Unit Induk Pusat Pengaturan Beban (UIP2B) Gandul melakukan inspeksi harian berupa thermovisi atau pengukuran suhu panas pada paralatan kelistrikan yang ada di UIP2B Gandul Depok, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019). PLN menjamin ketersedian suplai listrik ke masyarakat untuk kebutuhan Lebaran.
Foto: Muhammad Iqbal/Antara
Petugas PLN Unit Induk Pusat Pengaturan Beban (UIP2B) Gandul melakukan inspeksi harian berupa thermovisi atau pengukuran suhu panas pada paralatan kelistrikan yang ada di UIP2B Gandul Depok, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019). PLN menjamin ketersedian suplai listrik ke masyarakat untuk kebutuhan Lebaran.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Suhu udara tinggi melanda Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan). Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai kondisi tersebut.

''Hari kemarin, suhu udara di Wilayah Ciayumajakuning merata capai 39 C,'' ujar Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, kepada Republika.co.id, Rabu (23/10).

Baca Juga

Pria yang disapa Faiz itu menambahkan, pada hari ini, suhu udara di Wilayah Ciayumajakuning juga diprakirakan tetap mencapai 39 C. Menurutnya, suhu udara panas diprakirakan akan berlangsung hingga sepekan kedepan.

''Suhu udara 39 C ini merupakan suhu udara tertinggi (di Wilayah Ciayumajakuning) dalam lima tahun terakhir,'' ucap Faiz.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, R Mulyono R. Prabowo, dalam siaran persnya, menjelaskan, suhu panas yang kini melanda berbagai daerah di Indonesia itu erat kaitannya dengan gerak semu matahari. Seperti diketahui, pada September ini, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga Desember. 

Dengan demikian, pada Oktober ini posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya).

''Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari,'' kata Mulyono.

Selain itu, dalam beberapa hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering. Hal tersebut sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

''Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara,'' ucap Mulyono.

Mulyono menambahkan, dalam waktu sekitar satu minggu kedepan, masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia. Hal itu mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi  atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya.

Menghadapi suhu udara panas tersebut, BMKG mengimbau masyarakat untuk minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi. Selain itu, kenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang. Kondisi tersebut berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement