Senin 21 Oct 2019 08:27 WIB

Mimbar Dakwah, Al Azhar, dan TGB

Tuan Guru Bajang (TGB) agaknya sedang risau dengan kondisi Indonesia kini

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto:
Ikhwanul Kiram Mashuri

Menurut doktor tafsir dari Universitas al-Azhar, Mesir, ini, kaidah itu bukan berarti menomorduakan keyakinan (iman) kepada Allah SWT bagi seorang Muslim. Namun, dia melanjutkan, seluruh ikhtiar untuk menghadirkan keimanan tidak boleh merusak ketertiban sosial dan keamanan bangsa.

Ia kemudian menyitir doa Nabi Ibrahim AS yang diabadikan dalam Alquran (al-Baqarah: 126 dan Ibrahim: 35), yang selalu mengedepankan doa keamanan. Doa itu berbunyi, "Rabbi ij’al hadza baladan aminan (Ya, Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman).\"

Setelah doa minta aman, barulah doa lain dipanjatkan, seperti halnya doa keselamatan, kelancaran rezeki, serta doa meminta anak yang saleh. Dia menegaskan, berjuang menegakkan keimanan atau berjihad dengan menghancurkan kemanan berarti orang tersebut tidak belajar dari Nabi Ibrahim AS. Karena itu, TGB mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan bangsa.

Berbagai kegiatan dakwah TGB itu ternyata mendapat perhatian dari al-Azhar, Mesir, yang beberapa tahun terakhir ini fokus mempromosikan Islam wasathiyah (moderasi Islam) di tengah masyarakat dunia. Moderasi Islam dipercaya bisa menangkal segala pemikiran dan paham radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Selain itu, TGB pun pada Kamis (17/10) lalu, bertempat di ruang utama Gedung Syekh al-Azhar, Kairo, diberi penghargaan tinggi oleh Grand Sheikh (Imam Besar) al-Azhar Prof Dr Ahmad Thayyeb. Dalam kapasitasnya sebagai ketua OIAA cabang Indonesia, TGB dipandang sebagai tokoh yang gigih dan tak kenal lelah mengukuhkan nilai-nilai moderasi Islam (wasathiyah), kebangsaan (muwathanah), dan kerukunan umat beragama (at-ta’ayus as-silmy) di Indonesia.

Pemberiaan penghargaan dari al-Azhar kepada salah seorang tokoh Indonesia di bidang moderasi Islam juga bermakna moderasi beragama sudah merupakan isu global. Ia menjadi kepentingan bersama masyarakat dunia. Al-Azhar memandang Indonesia sebagai mitra strategis dalam upaya mengukuhkan moderasi beragama demi menangkal fenomena radikalisme dan ekstremisme di tengah masyarakat.

Di Indonesia, sikap washatiyah atau moderasi Islam al-Azhar bisa dilacak dari jejak langkah ribuan alumninya yang tersebar di berbagai daerah Indonesia. Ladang pengabdian mereka macam-macam; dari politisi, dosen, pegawai negeri, pengurus organisasi, pebisnis, hingga ulama, kiai, ustaz, dan seterusnya.

Namun, yang perlu dicatat, di mana pun alumni al-Azhar mengabdi, mereka telah berhasil menerjemahkan Islam moderat di bumi nusantara. Sungguh sebuah sikap keagamaan yang kini dibutuhkan Indonesia dalam bingkai NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945.

Kini terdapat sekitar 6.000 mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di al-Azhar. Sebagian besar dari mereka mendapat beasiswa berbagai lembaga di Timur Tengah, terutama dari al-Azhar sendiri. TGB berharap mereka–setelah selesai menuntut ilmu–dapat menjadi pelopor dan agen-agen segala kebaikan di mimbar-mimbar dakwah di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement