Sabtu 19 Oct 2019 08:10 WIB

Pelantikan Jokowi-Ma'ruf Diharapkan Berjalan Aman

seorang pemimpin harus punya basis spiritualitas yang kuat dan kemampuan intelektual.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Anggota Kepolisian melakukan persiapan pengamanan  jelang pelantikan Presiden RI dikawasan Gedung DPR RI Senayan, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Foto: Republika
Anggota Kepolisian melakukan persiapan pengamanan jelang pelantikan Presiden RI dikawasan Gedung DPR RI Senayan, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, Jumat (18/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses pelantikan kepala negara terpilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin diyakini berlangsung aman dan damai. Direktur Eksekutif Al Wasath Institute Faozan Amar mengajak seluruh pihak mendoakan kelancaran pelantikan yang digelar pada Ahad (20/10) nanti itu. "Insya Allah berjalan aman, mari kita doakan," kata Faozan dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (19/10).

Faozan berpendapat, seorang pemimpin harus memiliki basis spiritualitas yang kuat serta kemampuan intelektualitas yang baik. Dia mengatakan, dengan begitu setiap permasalahan yang ada akan dihadapi dengan mudah dan cermat.

Baca Juga

Di saat yang bersamaan dia juga mengomentari posisi mahasiswa yang merupakan calon pemimpin masa depan. Mereka, dia memgatakan, perlu terus melatih diri agar kuat dalam spiritualitas dan cakap dalam intetelektualitas.  "Dengan demikian, bangsa ini tidak akan kehabisan stok terbaik calon pemimpin masa depan. Terus gali potensi diri dan diperkuat basis spiritualnya," katanya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, kunci sukses seorang pemimpin terletak pada basis spiritualitas. Menurutnya, pemimpin juga mesti memperluas wawasan dengan terus belajar agar tercipta keseimbangan spiritual dan intelektual.

Senada, Mu'ti menuturkan, mahasiswa juga mesti memiliki eksistensi dan mampu jadi pemimpin. Dia meminta mereka tidak sekadar ikut-ikutan sesuatu tanpa tahu maknanya sehingga mengetahui apa yang ia kerjakan dan harus menjadi penentu arah bangsa ini.

Dia mengimbau mahasiswa harus mempunyai eksistensi bukan hanya sekadar menjadi aktivis tapi menjadi pemimpin. Dia mengatakan, keikutsertaan mereka dalam demonsteasi harus menjadi penentu dan bukan sekadar ikut-ikutan. "Jangan garang di lapangan tapi giliran kena gas air mata dan ditahan polisi nangis-nangis minta dibebaskan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement