Rabu 16 Oct 2019 20:00 WIB

Kota Bekasi Tiru Penghijauan dan Pengolahan Sampah China

China memisahkan sampah organik dan anorganik.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Dwi Murdaningsih
Warga membersihkan tumpukan sampah dari limbah rumah tangga yang memenuhi Kali Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu, (16/10/2019).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Warga membersihkan tumpukan sampah dari limbah rumah tangga yang memenuhi Kali Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu, (16/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi pulang dari China pada akhir pekan kemarin. Dari kunjungan tersebut, ia mengaku ada beberapa hal yang sudah dilakukan pemerintah China dan dapat ditiru oleh Kota Bekasi. Beberapa hal yang akan ditiru tersebut adalah soal penghijauan dan pengelolaan sampah.

Rahmat Effendi menceritakan, salah satu hal yang menarik yang sudah dilakukan China adalah soal pengelolaan lingkungan. Menurutnya, penghijauan di China sudah dilakukan di semua tempat.

Baca Juga

"Di Cina itu, semuanya sudah hijau, di jalan, di bawah jembatan, di kantor, semuanya hijau, kenapa kita nggak bisa," kata Rahmat, Rabu (16/10).

Selain akan menambah zona hijau di Kota Bekasi, ia mengaku juga akan menerapkan pengelolaan sampah sebagaimana yang dilakukan China.  Ia mengatakan, langkah tersebut perlu dilakukan lantaran kerja sama dengan PT. NWA (Nusa Wijaya Abadi) untuk membuat PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) gagal terwujud.

"Kita gagal yang NWA itu, karena tidak memenuhi standar teknologi. Yang saya tahu, sampah itu dimusnahkannya itu sampai seribu derajat celsius, seribu derajat kan kalau kita dekat pasti (panas). Tapi karena sistem di sana (bagus), ya kita buka nggak panas. Tapi kalau disini, seribu derjaat kalau kita buka ya jadi abu kita," kata dia.

Ia juga menjelaskan, sistem pengelolaan sampah di China tidak menggunakan metode tiga R (reduce, reuse, recycle). Namun, mereka hanya memisahkan antara sampah organik dan non-organik, sehingga beberapa sampah kering akan langsung dibakar.

"Semua sampah yang datang masuk ke tempat pengelolahan sampah, ditaruh di bungker, di bungker diendapkan selama lima hari, setelah kering leachatenya, leachatenya masuk ke sebuah proses, terus didaur ulang lagi sampai dia kering, diputar, baru dia masuk ke insinerator," tutur dia.

Dalam kesempatan yang sama, ia pun menyampaikan, Pemkot Bekasi sangat mungkin untuk menerapkan sistem serupa. Hanya saja, dibutuhkan tekad yang kuat dari pemimpin dan seluruh masyarakatnya.

Selain meminta agar masyarakat mendukung program tersebut, pria yang kerab disapa Pepen itu berharap agar pemerintah pusat juga memfasilitasi pemerintah kota yang berniat mengembangkan teknologi baru soal pengelolaan sampah. Salah satu fasilitas yang diharapkan adalah adanya dasar hukum ataupun penyesuaian aturan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement