REPUBLIKA.CO.ID, BUKITINGGI -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang, Sumatra Barat memperkirakan kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menyelimuti daerah itu akan makin menipis dalam dua hari ke depan.
"Perkiraan dalam dua hari ini makin tipis karena ada potensi hujan di Sumbar dan di daerah yang terpantau terdapat titik panas," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun GAW Bukit Kototabang Manat Panggabean di Bukit Kototabang, Agam, Selasa (15/10).
Hal tersebut, ujarnya, juga akan membantu menurunkan konsentrasi polusi partikulat di udara.
Pada Selasa, konsentrasi partikulat (pm10) yang terukur di Stasiun GAW Bukit Kototabang mencapai titik tertinggi pukul 10.00 WIB dengan konsentrasi 164 µgram/m3 atau di level tidak sehat.
"Stasiun ini berlokasi jauh di ketinggian dan jauh dari aktivitas warga. Jadi jika daerah perkotaan, konsentrasi partikulat bisa lebih tinggi dari di sini," katanya.
Kabut asap karhutla yang menyelimuti wilayah Sumbar berasal dari Jambi dan Sumatera Selatan yang merupakan daerah terpantau banyak terdapat titik panas.
Kondisi paling pekat berada di wilayah Selatan Sumbar, yaitu di Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, dan daerah lainnya.
Masyarakat diimbau agar tetap mengurangi aktivitas di luar rumah dan menggunakan masker jika beraktivitas di luar rumah untuk mengurangi dampak dari udara yang kurang baik.
Jika terjadi hujan, warga diimbau menghindari kontak langsung karena keasaman air hujan akibat kandungan polutan di udara.