Selasa 15 Oct 2019 12:41 WIB

Heli Water Bombing Didatangkan Pemadaman Gunung Arjuno

Api sudah melahap sekitar 300 hektar kawasan hutan di Gunung Arjuno dan Welirang.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Kondisi terakhir hutan Gunung Arjuno yang tengah dipadamkan sejumlah tim.
Foto: dok. BPBD Kota Batu
Kondisi terakhir hutan Gunung Arjuno yang tengah dipadamkan sejumlah tim.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim telah mendatangkan helikopter untuk melakukan water bombing dalam upaya memadamkan kebakaran di kawasan Gunung Arjuno dan Welirang. Pemadaman dengan teknik water bombing menjadi upaya terakhir untuk memadamkan api yang sudah melahap sekitar 300 hektar kawasan hutan di Gunung Arjuno dan Welirang.

"Upaya terakhir ini kami lakukan setelah mengirimkan surat untuk mendatangkan water bombing yang akan memadamkan api di kawasan Gunung Arjuno," kata Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nur Seno, dikonfirmasi Selasa (15/10).

Satrio menjelaskan, heli water bombing ini nantinya akan mengangkut 10 ribu liter air yang dijatuhkan di titik-titik kebakaran hutan, di Gunung Arjuno dan Welirang. Pemadaman dengan water bombing diyakininya lebih efektif mengingat medan untuk menuju titik kebakaran hutan tersebut sangat berat dan sulit dijangkau.

Satriyo menjelaskan, berdasarkan data BPBD Jatim, ada tiga hingga empat titik api baru di Gunung Arjuno dan Welirang. Satriyo belum bisa memastikan penyebab kebakaran tersebut. Menurutnya, bisa jadi akibat cuaca atau ada oknum yang sengaja membakar kawasan tersebut.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku, pihaknya telah meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan pemadaman melalui udara (water bombing) terkait kebakaran Gunung Arjuno dan Welirang. Khofifah meminta bantuan BNPB karena area kebakaran di dua gunung tersebut berada di titik yang curam.

Khofifah mengatakan, pemadaman karhutla melalui teknik water bombing ini sangat diperlukan mengingat medan yang cukup berat. Kemudian titik lokasi kebakaran hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, yang waktunya bisa lebih dari lima jam. Apalagi, cuaca juga dirasanya kurang mendukung, dimana angin bertiup sangat kencang.

“Pemadaman dengan cara manual sebenarnya sudah kami lakukan. Namun dengan ketinggian dan medan tebing curam 60 derajat ditambah angin kencang, sudah empat hari ini tidak membuahkan hasil. Untuk efektivitas serta efisiensi dan mencegah Karhutla semakin meluas, teknik water bombing ini sangat mendesak kita perlukan,” ujar Khofifah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement