REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Pengembangan wisata edukasi kopi di wilayah Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang dilirik oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah. Daerah penghasil kopi di Provinsi Nagroe Aceh Darussalam tersebut, terkesan dengan konsep wisata edukasi Kampoeng Kopi Sirap.
Kampoeng Kopi Sirap dikembangkan di kebun kopi rakyat, yang ada di lereng gunung Kelir, wilayah Kecamatan Jambu. “Kami ingin belajar, bagaimana konsep wisata edukasi dan menikmati kopi langsung di kebunnya, dari kelompok tani di Sirap ini,” ungkap Bupati Aceh Tengah, Drs Shabela Abubakar, di sela kunjungannya, Senin (14/10).
Untuk itu, ia mengusung sembilan dari 14 camat yang ada di daerahnya, pada kunjungan ke Kampoeng Kopi Sirap ini. Masing- masing Camat Bebesen, Kebayakan, Bies, Pegasing, Atu Lintang, Linge, Kute Panang, Jagong Jeget serta Camat Bintang.
Mereka merupakan para camat yang wilayahnya menjadi penghasil ‘kopi Gayo’ (kopi dataran tinggi Gayo), di wilayah Kabupaten Aceh Tengah.
Menurut Shabela, daerahnya ingin melihat dan belajar budidaya kopi Robusta maupun proses pengolahannya, baik cara pengolahan tradisional maupun cara pengolahan modern yang sudah dilakukan di Kampoeng Kopi Sirap. Termasuk melihat bagaimana cara pembibitannya.
“Karena kami di Aceh Tengah ingin menanam dan mengembangkan kurang lebih 200 ribu hektare lahan untuk kopi Robusta,” jelasnya.
Selama ini, lanjutnya, Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah penghasil kopi Arabika varietas Gayo yang menjadi komoditas kopi unggulan dengan luas lahan mencapai 49 ribu hektare.
Dari luasan lahan ini, kapasitas ekspor kopi Arabika Kabupaten Aceh Tengah untuk tujuan negara- negara di Eropa, Amerika, sebagian Asia dan Kanada telah mencapai 35 ribu ton per tahun.
Di sisi lain, masih jelas Shabela sejauh ini Aceh Tengah sudah meninggalkan kopi Robusta. Tetapi di sini (Jambu) ia melihat seperti di Taiwan. Lahannya tidak terlalu luas, tapi sudah dikembangkan konsep wisata dan ada kafe di areal kebun kopi Robusta.
Kopi yang dihasilkan, lanjutnya, juga kelola dan diolah sendiri oleh kelompok tani. “Kami juga tengah menjajaki, apakah bibit di sini bisa diterbangkan dan dikembangkan di wilayah kami di Aceh Tengah,” kata dia.