REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menceritakan perjuangannya menjadikan daerah paling timur Pulau Jawa tersebut menjadi daerah wisata. Salah satu pendongkrak Banyuwangi menjadi daerah wisata adalah banyaknya festival yang digelar di daerah tersebut. Namun, kata Anas, ketika awal mula dirinya merencanakan digelarnya festival, banyak sekali penolakan dari pihak tertentu.
"Memulai ini gak mudah. Saya didemo 47 kali, festival kami ditolak oleh DPR sampai tahun keempat. Padahal survei kupuasan publik 80 persen suka festival. Kemudian kami didemo termasuk tokoh-tokoh yang mengatasnamakan agama tidak suka dengan festival," kata Anas saat meluncurkan buku berjudul 'Anti Mainstream Marketing, 20 Jurus Mengubah Banyuwangi' di Dyandra Convention Hall Surabaya, Senin (14/10).
Namun demikian, lanjut Anas, dirinya mencoba mengkomunikasikan dan menerangkan maksud dan tujuan diselenggarakannya festival tersebut. Komunikasi itu lah yang menjadi kunci semua kelompok masyarakat di Banyuwangi pada akhirnya setuju digelarnya festival. Bahkan ketika tidak ada masalah pun, komunikasi tetap dijalankan.
"Kuncinya menurut saya adalah komunikasi. Kami menggelar pertemuan tiga bulanan dan itu membawa jalan banyak. Ada masalah gak ada masalah kami ketemu pastur gereja, ketemu kiai, dan sudah kami anggarkan. Komunikasi itu cair, dari situ komunikasi bisa jalan," ujar Anas.
Anas kemudian mencontohkan jurus-jurus lain yang dijalankan dalam pengembangan pariwisata di Banyuwangi. Salah satu jurus yang diterapkan adalah seluruh dinas yang ada di Banyuwangi, ditantang menjadi dinas pariwisata. Artinya, setiap dinas ditantang agar orientasinya mendorong dan menciptakan inovasi, yang bisa menjadi destinasi wisata.
"Misalnya Dinas Pertanian, tidak hanya mendorong target produktivitas gabah di Banyuwangi. Tapi itu menjadi destinasi kawasan organik misalnya. Kemudian badan yang mengurusi desa, kita dorong setiap desa harus punya inovasi misalnya smart kampung," kata Anas.
Selain itu, lanjut Anas, perusahaan juga didorong menjadi destinasi pariwisata. Seperti mendorong PT. INKA untuk membangun museum kereta api. Dimana BUMN tersebut saat ini dalam proses membangun pabrik kereta terbesar se-ASEAN di Banyuwangi.
"Pun ketika Danone ingin mengembangkan industri air minum dalam kemasan di Banyuwangi. Kami juga meminta ada museum dan pusat edukasi air. Jadi industri sekaligus membentuk destinasi pariwisata," kata Anas.