Senin 14 Oct 2019 14:15 WIB

Jabar Tawarkan TPPAS Legok Nangka ke Investor Asing

Rencananya sekitar 200 sampai 300 investor asing dari berbagai benua akan hadir.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Tumpukan sampah (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Tumpukan sampah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat(Pemprov Jabar) dan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat akan menggelar West Java Investment Summit (WIJS) 2019 di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Soebroto, Kota Bandung, Jumat (18/10). Dalam kesempatan tersebut Jabar menawarkan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka ke sejumlah investor.

Menurut Kepala Bidang Pengembangan dan Promosi Dinas Penanaman  Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jawa Barat Eka Hendrawan, rencananya sekitar 200 sampai 300 delegasi asing atau investor asing dari berbagai benua akan hadir pada event tersebut. "Kami akan menawarkan sejumlah proyek pembangunan di Jawa Barat dalam kegiatan tersebut," ujar Eka di acara Jabar Punya Informasi (Japri), di Lobby Museum Gedung Sate, Senin (14/10).

Baca Juga

Eka mengatakan, beberapa proyek yang akan ditawarkan dalam kegiatan tersebut seperti Proyek pembangunan monorail Bandung Raya, Proyek pembangunar Tempat Pengsolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka dan Ciayumajakuning, Proyek pembangunan Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Jatigede dan Bandung Raya / Sinumbra, Proyek pembangunan Aerocity BIJB, Proyek pembangunan kawasan industri Segitiga Rebana (Cirebon Subang Majalengka) Proyek pembangunan Kawasan lndustri Lido, Kab. Bogor‚ Cikidang, Kab. Sukabumi serta Kat Pangandaran.

Selain investor domestik, kata dia, beberapa investor asing yang telah menunjukkan minat terhadap proyek-proyek tersebut berasal dari Kawasan Eropa (Inggris, Belgia, dan Perancis), Kawasan Amerika (USA dan Kanada), Kawasan Timur Tengah (Kuwait, Pakistan, dan Sudan) dan Kawasan Asia (Singapura, Korea Selatan, Malaysia dan Tiongkok).

WJIS 2019, kata dia, nantinya akan terbagi menjadi 5 kegiatan utama yaitu High Level Session, Penandatanganan MOU/Kesepakatan lnvestasi dan Perdagangan, Project Consultation, One-on-one meeting, dan Pameran lnvestasi dan UMKM.

"Khusus sesi penandatangan MoU, akan dilakukan penandatanganan beberapa kesepakatan investasi antara lain dengan kawasan industri Cikidang, perluasan pabrik elektronik di Kabupaten Bekasi dan kesepakat perdagangan dengan BUMD Pangan Jawa Barat," katanya.

Menurutnya, WJIS sebagai market sounding untuk proyek TPPAS Legok Nangka yang akan ditenderkan pada akhir tahun ini. Acara ini biasanya digelar dua tahun sekali, tapi tahun 2019.

"Ini kita ingin lebih baik lagi menyelenggarakan acara ini dan atas arahan Pak gubernur acara ini namanya sedikit diubah menjadi West Java Investment Summit," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berkolabroasi dengan BI Jabar supaya acara lebih berbobot. Serta, skalanya lebih besar jadi Pemprov Jabar perlu melakukan kolaborasi dengan berbagi pihak.

Sementara menurut Kepala Group Advisory Pengembangan Ekonomi, Kantor Perwakilan BI Jabar, Pribadi Santoso, perkembangan ekonomi Jawa Barat yang relatif solid tercermin dari rerata pertumbuhan ekonomi 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 5,55 persen (yoy) dan Iebih baik dibandingkan rata-rata perekonomian nasional yang sebesar 5,07 persen (yoy). Kinerja positif tersebut, ditopang oleh sektor industri pengolahan dengan pangsa 42 persen (Lapangan Usaha) dan kinerja tingkat konsumsi terutama kontribusi konsumsi Rumah Tangga sebesar 65 persen.

Selain itu, kata dia, upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengakselerasi investasi melalui pembangunan infrastruktur di berbagai sektor, baik terkait transportasi (jalan toi, monorel, bandar udara), energi terbarukan (pengolahan sampah menjadi energi dan pembangkit Iistrik) maupun urban infrastruktur (kawasan industri, sistem pengolahan air minum, dan pemukiman) terus dilakukan.

"Hal ini pada akhirnya menciptakan opportunity untuk mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat, " katanya.

Kondisi iklim investasi yang kondusif, kata dia, turut menjadikan Jawa Barat salah satu daerah tujuan investasi paling menarik di Indonesia. Berdasarkan Asian Competitiveness Index, tingkat daya saing Jawa Barat yang meningkat ke posisi 3 pada tahun 2018 dari posisi 5 pada tahun 2017 seiring membaiknya Kedinamisan Ekonomi Regional, Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja, Kebijakan Pemerintah dan Ketahanan Fiskal dan Daya Tarik Terhadap lnvestasi Asing.

Selain itu, kata dia, yang tidak kalah penting lainnya, penduduk Jawa Barat sebesar 48 juta jiwa (2018) serta didukung dengan beberapa universitas ternama sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Namun, ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat perlu dicermati dan diwaspadai.

"Terkait itu, upaya untuk mengakselerasi investasi di Jawa Barat semakin penting," katanya.

Pribadi berharap, melalui West Java Incorporated yang diinisasi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat (KPWBI Prov Jabar) dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharapkan mampu mengoptimalkan komunikasi dengan investor, membuka market access, meningkatkan kinerja dan daya saing serta menciptakan persepsi positif.

West Java Investment Summit (WMS) 2019, kata dia, merupakan output dari forum West Java Incorporated menjadi salah satu bentuk best practice dan menjadi benchmark bagi daerah lainnya dalam mendorong investasi di daerah. Dengan mengambil tema "Accelerating Infrastructure Development through Innovative Investment", kegiatan ini akan dilaksanakan pada 18 Oktober 2019 bertempat di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung.

Acara tersebut, akan dihadiri oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Kepala Baden Koordinasi Penanaman Model (BKPM) RI, Duta Besar negara Iain di Indonesia, Mitra sister province Jawa Barat, Peserta Trade Expo Indonesia, Indonesian Trade Promotion Center(lTPC)‚ serta investor baik domestik maupun asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement