REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kebakaran di Taman Nasional Tesso Nilo menjadi salah satu pemicu meningkatnya konflik gajah sumatra (elephas maximus sumatranus) dengan manusia di Provinsi Riau pada tahun ini. Kebakaran mendorong gajah keluar dari habitatnya.
"Akibatnya gajah-gajah di habitatnya keluar dari habitatnya, itu memang jalur pergerakan mereka untuk mempertahankan diri. Untuk mencari makan jauh dari asap," kata Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Hansen Siregar, Senin (14/10).
Ia menjelaskan pada awal Oktober ada kawanan 17 ekor gajah sumatra liar yang masuk ke permukiman warga di Desa Buluh Nipis, Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Kabupaten Kampar. Mereka merupakan kawanan gajah yang berasal dari kantong gajah Tesso Nilo.
Akibat kebakaran Tesso Nilo yang menimbulkan asap pekat, satwa dilindungi itu bergerak ke luar habitatnya dan masuk permukiman dan perkebunan warga. "Bahkan ada empat ekor gajah yang sempat menyeberangi Sungai Kampar Kiri," ujarnya.
Ia mengatakan tim penyelamatan dari BBKSDA Riau berupaya untuk menghalau kawanan gajah liar itu masuk ke kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Tujuannya agar tidak mengakibatkan kerugian dari dua belah pihak.
Selain itu, Hansen menambahkan pada dua minggu lalu tim BBKSDA Riau juga menghalau kawanan gajah liar yang masuk ke Desa Rantau Kasih di Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar. Satwa bongsor itu juga berasal dari Tesso Nilo.
"Kita sudah lakukan mitigasi konflik, gajah tersebut diarahkan ke habitatnya di Tesso Nilo," ujarnya.
Tesso Nilo merupakan salah satu kantong gajah terbesar yang jadi habitat satwa dilindungi itu di Provinsi Riau. Namun, perubahan bentang alam akibat berubahnya fungsi hutan menjadi perkebunan dan permukiman, membuat gajah-gajah liar kerap bersinggungan dengan manusia.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada dua bulan terakhir di Taman Nasional Tesso Nilo juga membuat gajah liar kerap keluar dari habitatnya untuk mencari tempat yang aman dari asap.